Home Actress Gina S. Noer HD Photos and Wallpapers September 2023 Gina S. Noer Instagram - Untuk Bung, kisah kemerdekaan Indonesia itu terlalu kecil. Tentu ini bikin penasaran kenapa dia bisa-bisanya berpikir begitu. Ternyata, untuk anak yang super geek cerita perang, sumber-sumber yang dia baca dan tonton kebanyakan dari perspektif pelaku utama Perang Dunia I dan II. Kemudian, kata Bung, pelajaran sejarah Indonesia di sekolah selama ini terlalu sederhana, terlalu over glorify perang kemerdekaan, dan terlalu militeristik. Baginya, begitu pula film perang Indonesia terbaru yang dia tonton. Menarik, tapi mana film Indonesia yang jelas menggugat efek perang? Karena gugatan itu, setelah makan malam semalam, akhirnya mengajak Bung & Biru menonton "Lewat Djam Malam" yang sudah direstorasi. Untuk film perang tanpa banyak adegan perang, Bung dan Biru suka sekali. Walaupun di awal mereka bingung kenapa ada detil suara yang tidak ada. Mereka lalu takjub saat diceritakan proses restorasi bagaimana. Menonton Lewat Djam Malam lagi memang bikin yakin ini film masterpiece. Pertama, directing Usmar Ismail dan skenario Asrul Sani memang top notch. Kedua, komplikasi moralitasnya masih relevan hingga kini. Ketiga, mungkin ini satu-satunya film anti perang yang bisa bikin anak-anak nyanyi Rasa Sayange dan Potong Bebek Angsa 😜 Bonus point, tambah Bung, karena pilihan pistolnya Iskandar berasal dari Inggris dan Amerika, itu menambah subtext yang bagus sekali untuk ceritanya. Gugatan Bung juga bikin mikir lagi bagaimana kita jauh sekali dari sejarah sendiri sehingga pendekatan storytellingnya pun belum maksimal dieksplorasi. Untuk sebuah negara muda yang butuh sekali berefleksi pada masa lalunya, mungkin kita makin perlu makin erat memperlebar cerita kisah sejarah kita. Tentunya, selain memperbaharui pendekatan pendidikan sejarah di sekolah. Akhir pekan ini janji menonton film-film perang di daftar tontonannya Bung. Ada The East karya tante @shantyharmayn karena Bung penasaran perspektif dari tentara Belanda, ada The Pianist, dan mau gue tambahin bonus film Warkop DKI awal-awal, karena kritik sosial di jaman Orba juga semacam perang 😂

Gina S. Noer Instagram – Untuk Bung, kisah kemerdekaan Indonesia itu terlalu kecil. Tentu ini bikin penasaran kenapa dia bisa-bisanya berpikir begitu. Ternyata, untuk anak yang super geek cerita perang, sumber-sumber yang dia baca dan tonton kebanyakan dari perspektif pelaku utama Perang Dunia I dan II. Kemudian, kata Bung, pelajaran sejarah Indonesia di sekolah selama ini terlalu sederhana, terlalu over glorify perang kemerdekaan, dan terlalu militeristik. Baginya, begitu pula film perang Indonesia terbaru yang dia tonton. Menarik, tapi mana film Indonesia yang jelas menggugat efek perang? Karena gugatan itu, setelah makan malam semalam, akhirnya mengajak Bung & Biru menonton “Lewat Djam Malam” yang sudah direstorasi. Untuk film perang tanpa banyak adegan perang, Bung dan Biru suka sekali. Walaupun di awal mereka bingung kenapa ada detil suara yang tidak ada. Mereka lalu takjub saat diceritakan proses restorasi bagaimana. Menonton Lewat Djam Malam lagi memang bikin yakin ini film masterpiece. Pertama, directing Usmar Ismail dan skenario Asrul Sani memang top notch. Kedua, komplikasi moralitasnya masih relevan hingga kini. Ketiga, mungkin ini satu-satunya film anti perang yang bisa bikin anak-anak nyanyi Rasa Sayange dan Potong Bebek Angsa 😜 Bonus point, tambah Bung, karena pilihan pistolnya Iskandar berasal dari Inggris dan Amerika, itu menambah subtext yang bagus sekali untuk ceritanya. Gugatan Bung juga bikin mikir lagi bagaimana kita jauh sekali dari sejarah sendiri sehingga pendekatan storytellingnya pun belum maksimal dieksplorasi. Untuk sebuah negara muda yang butuh sekali berefleksi pada masa lalunya, mungkin kita makin perlu makin erat memperlebar cerita kisah sejarah kita. Tentunya, selain memperbaharui pendekatan pendidikan sejarah di sekolah. Akhir pekan ini janji menonton film-film perang di daftar tontonannya Bung. Ada The East karya tante @shantyharmayn karena Bung penasaran perspektif dari tentara Belanda, ada The Pianist, dan mau gue tambahin bonus film Warkop DKI awal-awal, karena kritik sosial di jaman Orba juga semacam perang 😂

Gina S. Noer Instagram - Untuk Bung, kisah kemerdekaan Indonesia itu terlalu kecil. Tentu ini bikin penasaran kenapa dia bisa-bisanya berpikir begitu. Ternyata, untuk anak yang super geek cerita perang, sumber-sumber yang dia baca dan tonton kebanyakan dari perspektif pelaku utama Perang Dunia I dan II. Kemudian, kata Bung, pelajaran sejarah Indonesia di sekolah selama ini terlalu sederhana, terlalu over glorify perang kemerdekaan, dan terlalu militeristik. Baginya, begitu pula film perang Indonesia terbaru yang dia tonton. Menarik, tapi mana film Indonesia yang jelas menggugat efek perang? Karena gugatan itu, setelah makan malam semalam, akhirnya mengajak Bung & Biru menonton "Lewat Djam Malam" yang sudah direstorasi. Untuk film perang tanpa banyak adegan perang, Bung dan Biru suka sekali. Walaupun di awal mereka bingung kenapa ada detil suara yang tidak ada. Mereka lalu takjub saat diceritakan proses restorasi bagaimana. Menonton Lewat Djam Malam lagi memang bikin yakin ini film masterpiece. Pertama, directing Usmar Ismail dan skenario Asrul Sani memang top notch. Kedua, komplikasi moralitasnya masih relevan hingga kini. Ketiga, mungkin ini satu-satunya film anti perang yang bisa bikin anak-anak nyanyi Rasa Sayange dan Potong Bebek Angsa 😜 Bonus point, tambah Bung, karena pilihan pistolnya Iskandar berasal dari Inggris dan Amerika, itu menambah subtext yang bagus sekali untuk ceritanya. Gugatan Bung juga bikin mikir lagi bagaimana kita jauh sekali dari sejarah sendiri sehingga pendekatan storytellingnya pun belum maksimal dieksplorasi. Untuk sebuah negara muda yang butuh sekali berefleksi pada masa lalunya, mungkin kita makin perlu makin erat memperlebar cerita kisah sejarah kita. Tentunya, selain memperbaharui pendekatan pendidikan sejarah di sekolah. Akhir pekan ini janji menonton film-film perang di daftar tontonannya Bung. Ada The East karya tante @shantyharmayn karena Bung penasaran perspektif dari tentara Belanda, ada The Pianist, dan mau gue tambahin bonus film Warkop DKI awal-awal, karena kritik sosial di jaman Orba juga semacam perang 😂

Gina S. Noer Instagram – Untuk Bung, kisah kemerdekaan Indonesia itu terlalu kecil. Tentu ini bikin penasaran kenapa dia bisa-bisanya berpikir begitu. Ternyata, untuk anak yang super geek cerita perang, sumber-sumber yang dia baca dan tonton kebanyakan dari perspektif pelaku utama Perang Dunia I dan II. Kemudian, kata Bung, pelajaran sejarah Indonesia di sekolah selama ini terlalu sederhana, terlalu over glorify perang kemerdekaan, dan terlalu militeristik. Baginya, begitu pula film perang Indonesia terbaru yang dia tonton. Menarik, tapi mana film Indonesia yang jelas menggugat efek perang?

Karena gugatan itu, setelah makan malam semalam, akhirnya mengajak Bung & Biru menonton “Lewat Djam Malam” yang sudah direstorasi. Untuk film perang tanpa banyak adegan perang, Bung dan Biru suka sekali. Walaupun di awal mereka bingung kenapa ada detil suara yang tidak ada. Mereka lalu takjub saat diceritakan proses restorasi bagaimana.

Menonton Lewat Djam Malam lagi memang bikin yakin ini film masterpiece. Pertama, directing Usmar Ismail dan skenario Asrul Sani memang top notch. Kedua, komplikasi moralitasnya masih relevan hingga kini. Ketiga, mungkin ini satu-satunya film anti perang yang bisa bikin anak-anak nyanyi Rasa Sayange dan Potong Bebek Angsa 😜 Bonus point, tambah Bung, karena pilihan pistolnya Iskandar berasal dari Inggris dan Amerika, itu menambah subtext yang bagus sekali untuk ceritanya.

Gugatan Bung juga bikin mikir lagi bagaimana kita jauh sekali dari sejarah sendiri sehingga pendekatan storytellingnya pun belum maksimal dieksplorasi. Untuk sebuah negara muda yang butuh sekali berefleksi pada masa lalunya, mungkin kita makin perlu makin erat memperlebar cerita kisah sejarah kita. Tentunya, selain memperbaharui pendekatan pendidikan sejarah di sekolah.

Akhir pekan ini janji menonton film-film perang di daftar tontonannya Bung. Ada The East karya tante @shantyharmayn karena Bung penasaran perspektif dari tentara Belanda, ada The Pianist, dan mau gue tambahin bonus film Warkop DKI awal-awal, karena kritik sosial di jaman Orba juga semacam perang 😂 | Posted on 29/Jun/2023 10:22:12

Gina S. Noer Instagram – Untuk Bung, kisah kemerdekaan Indonesia itu terlalu kecil. Tentu ini bikin penasaran kenapa dia bisa-bisanya berpikir begitu. Ternyata, untuk anak yang super geek cerita perang, sumber-sumber yang dia baca dan tonton kebanyakan dari perspektif pelaku utama Perang Dunia I dan II. Kemudian, kata Bung, pelajaran sejarah Indonesia di sekolah selama ini terlalu sederhana, terlalu over glorify perang kemerdekaan, dan terlalu militeristik. Baginya, begitu pula film perang Indonesia terbaru yang dia tonton. Menarik, tapi mana film Indonesia yang jelas menggugat efek perang?

Karena gugatan itu, setelah makan malam semalam, akhirnya mengajak Bung & Biru menonton “Lewat Djam Malam” yang sudah direstorasi. Untuk film perang tanpa banyak adegan perang, Bung dan Biru suka sekali. Walaupun di awal mereka bingung kenapa ada detil suara yang tidak ada. Mereka lalu takjub saat diceritakan proses restorasi bagaimana.

Menonton Lewat Djam Malam lagi memang bikin yakin ini film masterpiece. Pertama, directing Usmar Ismail dan skenario Asrul Sani memang top notch. Kedua, komplikasi moralitasnya masih relevan hingga kini. Ketiga, mungkin ini satu-satunya film anti perang yang bisa bikin anak-anak nyanyi Rasa Sayange dan Potong Bebek Angsa 😜 Bonus point, tambah Bung, karena pilihan pistolnya Iskandar berasal dari Inggris dan Amerika, itu menambah subtext yang bagus sekali untuk ceritanya.

Gugatan Bung juga bikin mikir lagi bagaimana kita jauh sekali dari sejarah sendiri sehingga pendekatan storytellingnya pun belum maksimal dieksplorasi. Untuk sebuah negara muda yang butuh sekali berefleksi pada masa lalunya, mungkin kita makin perlu makin erat memperlebar cerita kisah sejarah kita. Tentunya, selain memperbaharui pendekatan pendidikan sejarah di sekolah.

Akhir pekan ini janji menonton film-film perang di daftar tontonannya Bung. Ada The East karya tante @shantyharmayn karena Bung penasaran perspektif dari tentara Belanda, ada The Pianist, dan mau gue tambahin bonus film Warkop DKI awal-awal, karena kritik sosial di jaman Orba juga semacam perang 😂
Gina S. Noer Instagram – Pada titik Biru & Bung yang baru ini, makin sadar kalau anak memang tak pernah dilahirkan untuk menjadi milik orangtuanya. Sejak lahir, semua anak adalah milik dunia dan cita-cita yang akan mereka bangun perlahan.

Jadi, mungkin perayaan kelulusan sebenarnya perayaan menuju kemandirian yang lebih utuh, pemikiran yang lebih merdeka, dan kebaikan yang lebih berani. Wisuda juga jadi pengingat tiap orangtua bahwa anak-anak kita ini tumbuh baik dalam kasih serta niat baik banyak orang. Apalagi ini anak-anak yang bertahan gigih belajar dalam ujian pandemi.

Sehingga terima kasih kami untuk seluruh guru, pengurus, manajemen, dan para kawan murid serta orangtuanya. Sungguh kehormatan bisa sejalan sevisi selama 6 dan 9 tahun di Tara Salvia. 

Selamat untuk semua lulusan Sadanawa & angkatan 13riliant @tara.salvia Walau berpisah tetapi doa kami selalu mengiringi kalian.

Paling penting, selamat untuk Biru & Bung. Bangga sekali dengan kerja keras kalian 💙💚 Tara Salvia School

Check out the latest gallery of Gina S. Noer