Most liked photo of Ramon Y. Tungka with over 7.6K likes is the following photo

We have around 101 most liked photos of Ramon Y. Tungka with the thumbnails listed below. Click on any of them to view the full image along with its caption, like count, and a button to download the photo.

7.6K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Menjemput ilmu dimanapun itu amatlah baik. Menyerap ilmu dari siapapun juga tak kalah baik. Oleh sebab mengejar ilmu setinggi langit itu penting, maka biarkan kakimu tetap memijak bumi. (Teruslah) Belajar memanusiakan manusia, serta tak lupa dengan unggah ungguh. Selamat Hari Pendidikan Nasional.Likes : 7639

6.6K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Teruntuk CEO di rumah yang sedang berulangtahun: Tanpamu mungkin aku sering tersesat. Enggan mencuci kaos kaki, salah menakar racikan kopi, terlalu gosong membakar roti, and the blah.. and the blah. Perlu kau ketahui, Your listening skill is a work of art! Caramu menganalisa sungguh presisi, khususon meladeni tuturan cerita perjalanan suamimu yang nyentrik ini. Hari ini kamu tak perlu repot bebersih rumah. Yaiyalaaaahhh.. lha wong lagi halan-halan liburan! Happy birthday to my favorite superhero! Selalu sehat, bahagia, dilimpahkan penuh energi kebaikan untuk terus memberi inspirasi baik. Aamiin. Terus berkarya, Mon Bojo! ❤️Likes : 6596

6.6K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Teruntuk CEO di rumah yang sedang berulangtahun: Tanpamu mungkin aku sering tersesat. Enggan mencuci kaos kaki, salah menakar racikan kopi, terlalu gosong membakar roti, and the blah.. and the blah. Perlu kau ketahui, Your listening skill is a work of art! Caramu menganalisa sungguh presisi, khususon meladeni tuturan cerita perjalanan suamimu yang nyentrik ini. Hari ini kamu tak perlu repot bebersih rumah. Yaiyalaaaahhh.. lha wong lagi halan-halan liburan! Happy birthday to my favorite superhero! Selalu sehat, bahagia, dilimpahkan penuh energi kebaikan untuk terus memberi inspirasi baik. Aamiin. Terus berkarya, Mon Bojo! ❤️Likes : 6596

6.6K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Teruntuk CEO di rumah yang sedang berulangtahun: Tanpamu mungkin aku sering tersesat. Enggan mencuci kaos kaki, salah menakar racikan kopi, terlalu gosong membakar roti, and the blah.. and the blah. Perlu kau ketahui, Your listening skill is a work of art! Caramu menganalisa sungguh presisi, khususon meladeni tuturan cerita perjalanan suamimu yang nyentrik ini. Hari ini kamu tak perlu repot bebersih rumah. Yaiyalaaaahhh.. lha wong lagi halan-halan liburan! Happy birthday to my favorite superhero! Selalu sehat, bahagia, dilimpahkan penuh energi kebaikan untuk terus memberi inspirasi baik. Aamiin. Terus berkarya, Mon Bojo! ❤️Likes : 6596

6.6K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Teruntuk CEO di rumah yang sedang berulangtahun: Tanpamu mungkin aku sering tersesat. Enggan mencuci kaos kaki, salah menakar racikan kopi, terlalu gosong membakar roti, and the blah.. and the blah. Perlu kau ketahui, Your listening skill is a work of art! Caramu menganalisa sungguh presisi, khususon meladeni tuturan cerita perjalanan suamimu yang nyentrik ini. Hari ini kamu tak perlu repot bebersih rumah. Yaiyalaaaahhh.. lha wong lagi halan-halan liburan! Happy birthday to my favorite superhero! Selalu sehat, bahagia, dilimpahkan penuh energi kebaikan untuk terus memberi inspirasi baik. Aamiin. Terus berkarya, Mon Bojo! ❤️Likes : 6596

6.6K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Teruntuk CEO di rumah yang sedang berulangtahun: Tanpamu mungkin aku sering tersesat. Enggan mencuci kaos kaki, salah menakar racikan kopi, terlalu gosong membakar roti, and the blah.. and the blah. Perlu kau ketahui, Your listening skill is a work of art! Caramu menganalisa sungguh presisi, khususon meladeni tuturan cerita perjalanan suamimu yang nyentrik ini. Hari ini kamu tak perlu repot bebersih rumah. Yaiyalaaaahhh.. lha wong lagi halan-halan liburan! Happy birthday to my favorite superhero! Selalu sehat, bahagia, dilimpahkan penuh energi kebaikan untuk terus memberi inspirasi baik. Aamiin. Terus berkarya, Mon Bojo! ❤️Likes : 6596

6.6K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Teruntuk CEO di rumah yang sedang berulangtahun: Tanpamu mungkin aku sering tersesat. Enggan mencuci kaos kaki, salah menakar racikan kopi, terlalu gosong membakar roti, and the blah.. and the blah. Perlu kau ketahui, Your listening skill is a work of art! Caramu menganalisa sungguh presisi, khususon meladeni tuturan cerita perjalanan suamimu yang nyentrik ini. Hari ini kamu tak perlu repot bebersih rumah. Yaiyalaaaahhh.. lha wong lagi halan-halan liburan! Happy birthday to my favorite superhero! Selalu sehat, bahagia, dilimpahkan penuh energi kebaikan untuk terus memberi inspirasi baik. Aamiin. Terus berkarya, Mon Bojo! ❤️Likes : 6596

6.6K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Teruntuk CEO di rumah yang sedang berulangtahun: Tanpamu mungkin aku sering tersesat. Enggan mencuci kaos kaki, salah menakar racikan kopi, terlalu gosong membakar roti, and the blah.. and the blah. Perlu kau ketahui, Your listening skill is a work of art! Caramu menganalisa sungguh presisi, khususon meladeni tuturan cerita perjalanan suamimu yang nyentrik ini. Hari ini kamu tak perlu repot bebersih rumah. Yaiyalaaaahhh.. lha wong lagi halan-halan liburan! Happy birthday to my favorite superhero! Selalu sehat, bahagia, dilimpahkan penuh energi kebaikan untuk terus memberi inspirasi baik. Aamiin. Terus berkarya, Mon Bojo! ❤️Likes : 6596

6.6K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Teruntuk CEO di rumah yang sedang berulangtahun: Tanpamu mungkin aku sering tersesat. Enggan mencuci kaos kaki, salah menakar racikan kopi, terlalu gosong membakar roti, and the blah.. and the blah. Perlu kau ketahui, Your listening skill is a work of art! Caramu menganalisa sungguh presisi, khususon meladeni tuturan cerita perjalanan suamimu yang nyentrik ini. Hari ini kamu tak perlu repot bebersih rumah. Yaiyalaaaahhh.. lha wong lagi halan-halan liburan! Happy birthday to my favorite superhero! Selalu sehat, bahagia, dilimpahkan penuh energi kebaikan untuk terus memberi inspirasi baik. Aamiin. Terus berkarya, Mon Bojo! ❤️Likes : 6596

6.6K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Teruntuk CEO di rumah yang sedang berulangtahun: Tanpamu mungkin aku sering tersesat. Enggan mencuci kaos kaki, salah menakar racikan kopi, terlalu gosong membakar roti, and the blah.. and the blah. Perlu kau ketahui, Your listening skill is a work of art! Caramu menganalisa sungguh presisi, khususon meladeni tuturan cerita perjalanan suamimu yang nyentrik ini. Hari ini kamu tak perlu repot bebersih rumah. Yaiyalaaaahhh.. lha wong lagi halan-halan liburan! Happy birthday to my favorite superhero! Selalu sehat, bahagia, dilimpahkan penuh energi kebaikan untuk terus memberi inspirasi baik. Aamiin. Terus berkarya, Mon Bojo! ❤️Likes : 6596

6.6K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Teruntuk CEO di rumah yang sedang berulangtahun: Tanpamu mungkin aku sering tersesat. Enggan mencuci kaos kaki, salah menakar racikan kopi, terlalu gosong membakar roti, and the blah.. and the blah. Perlu kau ketahui, Your listening skill is a work of art! Caramu menganalisa sungguh presisi, khususon meladeni tuturan cerita perjalanan suamimu yang nyentrik ini. Hari ini kamu tak perlu repot bebersih rumah. Yaiyalaaaahhh.. lha wong lagi halan-halan liburan! Happy birthday to my favorite superhero! Selalu sehat, bahagia, dilimpahkan penuh energi kebaikan untuk terus memberi inspirasi baik. Aamiin. Terus berkarya, Mon Bojo! ❤️Likes : 6596

6.5K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dear, Le Bojo. Berniat menyiapkan makanan untukmu, menggoreng birthday cake, serta membereskan rumah di hari kelahiranmu ini rasanya bukan ide yang baik. Malah berpotensi runyam hasilnya. Percayalah sayang, you’re irreplaceable! Terlebih meladeni suamimu yang nyentrik nan mbetik ini. Meski aku bergelimang keteledoran dan ketidaksempurnaan, tapi doa yang kupanjatkan terkirim tulus untukmu: Sehat selalu menyertaimu, kemudahan selalu bersahabat denganmu, kebahagiaan selalu bersamamu dan kita, serta keberkahan selalu memelukmu. Termasuk berkah buatku yang selalu memelukmu.. dengan penuh rayu, tentoenja! Tetap tangguh berdiri dan melangkah, bertualang dan tak lelah memberi manfaat baik untuk banyak orang. Terus bertumbuh dan bergandengan tangan dengan sederhana, Mon Bojo!🐱 HAPPY BIRTHDAY my favorite superhuman! Love you😘Likes : 6523

6.5K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dear, Le Bojo. Berniat menyiapkan makanan untukmu, menggoreng birthday cake, serta membereskan rumah di hari kelahiranmu ini rasanya bukan ide yang baik. Malah berpotensi runyam hasilnya. Percayalah sayang, you’re irreplaceable! Terlebih meladeni suamimu yang nyentrik nan mbetik ini. Meski aku bergelimang keteledoran dan ketidaksempurnaan, tapi doa yang kupanjatkan terkirim tulus untukmu: Sehat selalu menyertaimu, kemudahan selalu bersahabat denganmu, kebahagiaan selalu bersamamu dan kita, serta keberkahan selalu memelukmu. Termasuk berkah buatku yang selalu memelukmu.. dengan penuh rayu, tentoenja! Tetap tangguh berdiri dan melangkah, bertualang dan tak lelah memberi manfaat baik untuk banyak orang. Terus bertumbuh dan bergandengan tangan dengan sederhana, Mon Bojo!🐱 HAPPY BIRTHDAY my favorite superhuman! Love you😘Likes : 6523

6.5K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dear, Le Bojo. Berniat menyiapkan makanan untukmu, menggoreng birthday cake, serta membereskan rumah di hari kelahiranmu ini rasanya bukan ide yang baik. Malah berpotensi runyam hasilnya. Percayalah sayang, you’re irreplaceable! Terlebih meladeni suamimu yang nyentrik nan mbetik ini. Meski aku bergelimang keteledoran dan ketidaksempurnaan, tapi doa yang kupanjatkan terkirim tulus untukmu: Sehat selalu menyertaimu, kemudahan selalu bersahabat denganmu, kebahagiaan selalu bersamamu dan kita, serta keberkahan selalu memelukmu. Termasuk berkah buatku yang selalu memelukmu.. dengan penuh rayu, tentoenja! Tetap tangguh berdiri dan melangkah, bertualang dan tak lelah memberi manfaat baik untuk banyak orang. Terus bertumbuh dan bergandengan tangan dengan sederhana, Mon Bojo!🐱 HAPPY BIRTHDAY my favorite superhuman! Love you😘Likes : 6523

6.5K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dear, Le Bojo. Berniat menyiapkan makanan untukmu, menggoreng birthday cake, serta membereskan rumah di hari kelahiranmu ini rasanya bukan ide yang baik. Malah berpotensi runyam hasilnya. Percayalah sayang, you’re irreplaceable! Terlebih meladeni suamimu yang nyentrik nan mbetik ini. Meski aku bergelimang keteledoran dan ketidaksempurnaan, tapi doa yang kupanjatkan terkirim tulus untukmu: Sehat selalu menyertaimu, kemudahan selalu bersahabat denganmu, kebahagiaan selalu bersamamu dan kita, serta keberkahan selalu memelukmu. Termasuk berkah buatku yang selalu memelukmu.. dengan penuh rayu, tentoenja! Tetap tangguh berdiri dan melangkah, bertualang dan tak lelah memberi manfaat baik untuk banyak orang. Terus bertumbuh dan bergandengan tangan dengan sederhana, Mon Bojo!🐱 HAPPY BIRTHDAY my favorite superhuman! Love you😘Likes : 6523

6.5K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dear, Le Bojo. Berniat menyiapkan makanan untukmu, menggoreng birthday cake, serta membereskan rumah di hari kelahiranmu ini rasanya bukan ide yang baik. Malah berpotensi runyam hasilnya. Percayalah sayang, you’re irreplaceable! Terlebih meladeni suamimu yang nyentrik nan mbetik ini. Meski aku bergelimang keteledoran dan ketidaksempurnaan, tapi doa yang kupanjatkan terkirim tulus untukmu: Sehat selalu menyertaimu, kemudahan selalu bersahabat denganmu, kebahagiaan selalu bersamamu dan kita, serta keberkahan selalu memelukmu. Termasuk berkah buatku yang selalu memelukmu.. dengan penuh rayu, tentoenja! Tetap tangguh berdiri dan melangkah, bertualang dan tak lelah memberi manfaat baik untuk banyak orang. Terus bertumbuh dan bergandengan tangan dengan sederhana, Mon Bojo!🐱 HAPPY BIRTHDAY my favorite superhuman! Love you😘Likes : 6523

6.5K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dear, Le Bojo. Berniat menyiapkan makanan untukmu, menggoreng birthday cake, serta membereskan rumah di hari kelahiranmu ini rasanya bukan ide yang baik. Malah berpotensi runyam hasilnya. Percayalah sayang, you’re irreplaceable! Terlebih meladeni suamimu yang nyentrik nan mbetik ini. Meski aku bergelimang keteledoran dan ketidaksempurnaan, tapi doa yang kupanjatkan terkirim tulus untukmu: Sehat selalu menyertaimu, kemudahan selalu bersahabat denganmu, kebahagiaan selalu bersamamu dan kita, serta keberkahan selalu memelukmu. Termasuk berkah buatku yang selalu memelukmu.. dengan penuh rayu, tentoenja! Tetap tangguh berdiri dan melangkah, bertualang dan tak lelah memberi manfaat baik untuk banyak orang. Terus bertumbuh dan bergandengan tangan dengan sederhana, Mon Bojo!🐱 HAPPY BIRTHDAY my favorite superhuman! Love you😘Likes : 6523

4.9K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Riyoyo. — Ngaturaken sembah pangabekti, nyuwun pangapunten dumateng sedaya kalepatan kula. Mugi lineburo ing dinten riyaya punika. Di hari yang fitri ini kami mengutarakan bakti dan meminta maaf atas semua kesalahan. Semoga dileburkan di hari raya ini. Aamiin. Selamat berlebaran berliburan bermakan-makan. 🙏Likes : 4899

4.9K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Riyoyo. — Ngaturaken sembah pangabekti, nyuwun pangapunten dumateng sedaya kalepatan kula. Mugi lineburo ing dinten riyaya punika. Di hari yang fitri ini kami mengutarakan bakti dan meminta maaf atas semua kesalahan. Semoga dileburkan di hari raya ini. Aamiin. Selamat berlebaran berliburan bermakan-makan. 🙏Likes : 4899

4.9K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Riyoyo. — Ngaturaken sembah pangabekti, nyuwun pangapunten dumateng sedaya kalepatan kula. Mugi lineburo ing dinten riyaya punika. Di hari yang fitri ini kami mengutarakan bakti dan meminta maaf atas semua kesalahan. Semoga dileburkan di hari raya ini. Aamiin. Selamat berlebaran berliburan bermakan-makan. 🙏Likes : 4899

2.9K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : (hahd-zah-bay) — Ketika membuka file lama perjalanan ke belahan timur Afrika medio 2018, jadi teringat jurnal Jared Diamond perihal kesamaan laku kearifan lokal yang dimiliki suku adat seluruh dunia. Dalam kesehariannya, suku Hadzabe di kawasan Danau Eyasi, utara Arusha, Tanzania ini hidup dengan cara berburu & mengumpulkan hasil bumi. Daging dari hasil buruan, umbi-umbian, madu serta bebuahan menjadi salah sekian hasil bumi yang dikonsumsi. Tetapi mereka tak memiliki ladang, ternak dan tempat tinggal yang tetap. Kendati mempraktikkan pola hidup yang berpindah atau nomadik untuk bertahan hidup, namun mereka konsisten menerapkan sistem keberlanjutan sumber daya alamnya. Tradisi hidup yang tak bergantung pada budidaya pertanian dan berternak ini bagi mereka bertujuan agar tak menghabiskan sumber daya alam di suatu wilayah. Diolah secukupnya. Begitupun dengan satwa buruan. Ia dibiarkan hidup liar di habitatnya. Persis seperti kebanyakan suku-suku adat di seluruh dunia yang membagi fungsi hutan atau lahan: sebagai dapur pengolahan, hutan pemujaan, lumbung dan lahan yang dibiarkan lestari. Suku berpopulasi kurang lebih seribu manusia yang masih tinggal di tanah warisan leluhurnya ini menggunakan bahasa lokal Hadzane yang unik, yakni lidah yang berdecak, letupan bibir plus bercampur siulan. Boleh dikata mereka adalah suku-suku pionir di wilayah timur benuanya George Weah. Namun kini berbalik, ragam tantangan mengintai suku Hadzabe. Fakta bahwa sikap ramah mereka pada alam justru malah mengikis teritori tanah air warisan leluhur, akibat persoalan tekanan populasi global ditambah peliknya kebijakan alih fungsi lahan yang bagi sebagian kalangan dianggap sebagai magnet yang elok agar dapur cuan terus mengebul. Persoalan yang kerap mengancam kawan-kawan masyarakat adat dimanapun. Terdengar seperti deja vu? Menukil jurnal yang pernah dituliskan Jared, Yuval, David Attenborough, dkk. bahwasanya praktik hidup keberlanjutan yang memprioritaskan sumber daya alam mutlak menjadi kunci bagi sumber penghidupan kini dan nanti yang (seharusnya) lestari. Terlebih di Nusantara yang katanya tanah surga. Rahayu🌿Likes : 2944

2.9K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : (hahd-zah-bay) — Ketika membuka file lama perjalanan ke belahan timur Afrika medio 2018, jadi teringat jurnal Jared Diamond perihal kesamaan laku kearifan lokal yang dimiliki suku adat seluruh dunia. Dalam kesehariannya, suku Hadzabe di kawasan Danau Eyasi, utara Arusha, Tanzania ini hidup dengan cara berburu & mengumpulkan hasil bumi. Daging dari hasil buruan, umbi-umbian, madu serta bebuahan menjadi salah sekian hasil bumi yang dikonsumsi. Tetapi mereka tak memiliki ladang, ternak dan tempat tinggal yang tetap. Kendati mempraktikkan pola hidup yang berpindah atau nomadik untuk bertahan hidup, namun mereka konsisten menerapkan sistem keberlanjutan sumber daya alamnya. Tradisi hidup yang tak bergantung pada budidaya pertanian dan berternak ini bagi mereka bertujuan agar tak menghabiskan sumber daya alam di suatu wilayah. Diolah secukupnya. Begitupun dengan satwa buruan. Ia dibiarkan hidup liar di habitatnya. Persis seperti kebanyakan suku-suku adat di seluruh dunia yang membagi fungsi hutan atau lahan: sebagai dapur pengolahan, hutan pemujaan, lumbung dan lahan yang dibiarkan lestari. Suku berpopulasi kurang lebih seribu manusia yang masih tinggal di tanah warisan leluhurnya ini menggunakan bahasa lokal Hadzane yang unik, yakni lidah yang berdecak, letupan bibir plus bercampur siulan. Boleh dikata mereka adalah suku-suku pionir di wilayah timur benuanya George Weah. Namun kini berbalik, ragam tantangan mengintai suku Hadzabe. Fakta bahwa sikap ramah mereka pada alam justru malah mengikis teritori tanah air warisan leluhur, akibat persoalan tekanan populasi global ditambah peliknya kebijakan alih fungsi lahan yang bagi sebagian kalangan dianggap sebagai magnet yang elok agar dapur cuan terus mengebul. Persoalan yang kerap mengancam kawan-kawan masyarakat adat dimanapun. Terdengar seperti deja vu? Menukil jurnal yang pernah dituliskan Jared, Yuval, David Attenborough, dkk. bahwasanya praktik hidup keberlanjutan yang memprioritaskan sumber daya alam mutlak menjadi kunci bagi sumber penghidupan kini dan nanti yang (seharusnya) lestari. Terlebih di Nusantara yang katanya tanah surga. Rahayu🌿Likes : 2944

2.9K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : (hahd-zah-bay) — Ketika membuka file lama perjalanan ke belahan timur Afrika medio 2018, jadi teringat jurnal Jared Diamond perihal kesamaan laku kearifan lokal yang dimiliki suku adat seluruh dunia. Dalam kesehariannya, suku Hadzabe di kawasan Danau Eyasi, utara Arusha, Tanzania ini hidup dengan cara berburu & mengumpulkan hasil bumi. Daging dari hasil buruan, umbi-umbian, madu serta bebuahan menjadi salah sekian hasil bumi yang dikonsumsi. Tetapi mereka tak memiliki ladang, ternak dan tempat tinggal yang tetap. Kendati mempraktikkan pola hidup yang berpindah atau nomadik untuk bertahan hidup, namun mereka konsisten menerapkan sistem keberlanjutan sumber daya alamnya. Tradisi hidup yang tak bergantung pada budidaya pertanian dan berternak ini bagi mereka bertujuan agar tak menghabiskan sumber daya alam di suatu wilayah. Diolah secukupnya. Begitupun dengan satwa buruan. Ia dibiarkan hidup liar di habitatnya. Persis seperti kebanyakan suku-suku adat di seluruh dunia yang membagi fungsi hutan atau lahan: sebagai dapur pengolahan, hutan pemujaan, lumbung dan lahan yang dibiarkan lestari. Suku berpopulasi kurang lebih seribu manusia yang masih tinggal di tanah warisan leluhurnya ini menggunakan bahasa lokal Hadzane yang unik, yakni lidah yang berdecak, letupan bibir plus bercampur siulan. Boleh dikata mereka adalah suku-suku pionir di wilayah timur benuanya George Weah. Namun kini berbalik, ragam tantangan mengintai suku Hadzabe. Fakta bahwa sikap ramah mereka pada alam justru malah mengikis teritori tanah air warisan leluhur, akibat persoalan tekanan populasi global ditambah peliknya kebijakan alih fungsi lahan yang bagi sebagian kalangan dianggap sebagai magnet yang elok agar dapur cuan terus mengebul. Persoalan yang kerap mengancam kawan-kawan masyarakat adat dimanapun. Terdengar seperti deja vu? Menukil jurnal yang pernah dituliskan Jared, Yuval, David Attenborough, dkk. bahwasanya praktik hidup keberlanjutan yang memprioritaskan sumber daya alam mutlak menjadi kunci bagi sumber penghidupan kini dan nanti yang (seharusnya) lestari. Terlebih di Nusantara yang katanya tanah surga. Rahayu🌿Likes : 2944

2.9K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : (hahd-zah-bay) — Ketika membuka file lama perjalanan ke belahan timur Afrika medio 2018, jadi teringat jurnal Jared Diamond perihal kesamaan laku kearifan lokal yang dimiliki suku adat seluruh dunia. Dalam kesehariannya, suku Hadzabe di kawasan Danau Eyasi, utara Arusha, Tanzania ini hidup dengan cara berburu & mengumpulkan hasil bumi. Daging dari hasil buruan, umbi-umbian, madu serta bebuahan menjadi salah sekian hasil bumi yang dikonsumsi. Tetapi mereka tak memiliki ladang, ternak dan tempat tinggal yang tetap. Kendati mempraktikkan pola hidup yang berpindah atau nomadik untuk bertahan hidup, namun mereka konsisten menerapkan sistem keberlanjutan sumber daya alamnya. Tradisi hidup yang tak bergantung pada budidaya pertanian dan berternak ini bagi mereka bertujuan agar tak menghabiskan sumber daya alam di suatu wilayah. Diolah secukupnya. Begitupun dengan satwa buruan. Ia dibiarkan hidup liar di habitatnya. Persis seperti kebanyakan suku-suku adat di seluruh dunia yang membagi fungsi hutan atau lahan: sebagai dapur pengolahan, hutan pemujaan, lumbung dan lahan yang dibiarkan lestari. Suku berpopulasi kurang lebih seribu manusia yang masih tinggal di tanah warisan leluhurnya ini menggunakan bahasa lokal Hadzane yang unik, yakni lidah yang berdecak, letupan bibir plus bercampur siulan. Boleh dikata mereka adalah suku-suku pionir di wilayah timur benuanya George Weah. Namun kini berbalik, ragam tantangan mengintai suku Hadzabe. Fakta bahwa sikap ramah mereka pada alam justru malah mengikis teritori tanah air warisan leluhur, akibat persoalan tekanan populasi global ditambah peliknya kebijakan alih fungsi lahan yang bagi sebagian kalangan dianggap sebagai magnet yang elok agar dapur cuan terus mengebul. Persoalan yang kerap mengancam kawan-kawan masyarakat adat dimanapun. Terdengar seperti deja vu? Menukil jurnal yang pernah dituliskan Jared, Yuval, David Attenborough, dkk. bahwasanya praktik hidup keberlanjutan yang memprioritaskan sumber daya alam mutlak menjadi kunci bagi sumber penghidupan kini dan nanti yang (seharusnya) lestari. Terlebih di Nusantara yang katanya tanah surga. Rahayu🌿Likes : 2944

2.9K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : (hahd-zah-bay) — Ketika membuka file lama perjalanan ke belahan timur Afrika medio 2018, jadi teringat jurnal Jared Diamond perihal kesamaan laku kearifan lokal yang dimiliki suku adat seluruh dunia. Dalam kesehariannya, suku Hadzabe di kawasan Danau Eyasi, utara Arusha, Tanzania ini hidup dengan cara berburu & mengumpulkan hasil bumi. Daging dari hasil buruan, umbi-umbian, madu serta bebuahan menjadi salah sekian hasil bumi yang dikonsumsi. Tetapi mereka tak memiliki ladang, ternak dan tempat tinggal yang tetap. Kendati mempraktikkan pola hidup yang berpindah atau nomadik untuk bertahan hidup, namun mereka konsisten menerapkan sistem keberlanjutan sumber daya alamnya. Tradisi hidup yang tak bergantung pada budidaya pertanian dan berternak ini bagi mereka bertujuan agar tak menghabiskan sumber daya alam di suatu wilayah. Diolah secukupnya. Begitupun dengan satwa buruan. Ia dibiarkan hidup liar di habitatnya. Persis seperti kebanyakan suku-suku adat di seluruh dunia yang membagi fungsi hutan atau lahan: sebagai dapur pengolahan, hutan pemujaan, lumbung dan lahan yang dibiarkan lestari. Suku berpopulasi kurang lebih seribu manusia yang masih tinggal di tanah warisan leluhurnya ini menggunakan bahasa lokal Hadzane yang unik, yakni lidah yang berdecak, letupan bibir plus bercampur siulan. Boleh dikata mereka adalah suku-suku pionir di wilayah timur benuanya George Weah. Namun kini berbalik, ragam tantangan mengintai suku Hadzabe. Fakta bahwa sikap ramah mereka pada alam justru malah mengikis teritori tanah air warisan leluhur, akibat persoalan tekanan populasi global ditambah peliknya kebijakan alih fungsi lahan yang bagi sebagian kalangan dianggap sebagai magnet yang elok agar dapur cuan terus mengebul. Persoalan yang kerap mengancam kawan-kawan masyarakat adat dimanapun. Terdengar seperti deja vu? Menukil jurnal yang pernah dituliskan Jared, Yuval, David Attenborough, dkk. bahwasanya praktik hidup keberlanjutan yang memprioritaskan sumber daya alam mutlak menjadi kunci bagi sumber penghidupan kini dan nanti yang (seharusnya) lestari. Terlebih di Nusantara yang katanya tanah surga. Rahayu🌿Likes : 2944

2.9K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : (hahd-zah-bay) — Ketika membuka file lama perjalanan ke belahan timur Afrika medio 2018, jadi teringat jurnal Jared Diamond perihal kesamaan laku kearifan lokal yang dimiliki suku adat seluruh dunia. Dalam kesehariannya, suku Hadzabe di kawasan Danau Eyasi, utara Arusha, Tanzania ini hidup dengan cara berburu & mengumpulkan hasil bumi. Daging dari hasil buruan, umbi-umbian, madu serta bebuahan menjadi salah sekian hasil bumi yang dikonsumsi. Tetapi mereka tak memiliki ladang, ternak dan tempat tinggal yang tetap. Kendati mempraktikkan pola hidup yang berpindah atau nomadik untuk bertahan hidup, namun mereka konsisten menerapkan sistem keberlanjutan sumber daya alamnya. Tradisi hidup yang tak bergantung pada budidaya pertanian dan berternak ini bagi mereka bertujuan agar tak menghabiskan sumber daya alam di suatu wilayah. Diolah secukupnya. Begitupun dengan satwa buruan. Ia dibiarkan hidup liar di habitatnya. Persis seperti kebanyakan suku-suku adat di seluruh dunia yang membagi fungsi hutan atau lahan: sebagai dapur pengolahan, hutan pemujaan, lumbung dan lahan yang dibiarkan lestari. Suku berpopulasi kurang lebih seribu manusia yang masih tinggal di tanah warisan leluhurnya ini menggunakan bahasa lokal Hadzane yang unik, yakni lidah yang berdecak, letupan bibir plus bercampur siulan. Boleh dikata mereka adalah suku-suku pionir di wilayah timur benuanya George Weah. Namun kini berbalik, ragam tantangan mengintai suku Hadzabe. Fakta bahwa sikap ramah mereka pada alam justru malah mengikis teritori tanah air warisan leluhur, akibat persoalan tekanan populasi global ditambah peliknya kebijakan alih fungsi lahan yang bagi sebagian kalangan dianggap sebagai magnet yang elok agar dapur cuan terus mengebul. Persoalan yang kerap mengancam kawan-kawan masyarakat adat dimanapun. Terdengar seperti deja vu? Menukil jurnal yang pernah dituliskan Jared, Yuval, David Attenborough, dkk. bahwasanya praktik hidup keberlanjutan yang memprioritaskan sumber daya alam mutlak menjadi kunci bagi sumber penghidupan kini dan nanti yang (seharusnya) lestari. Terlebih di Nusantara yang katanya tanah surga. Rahayu🌿Likes : 2944

2.8K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Perseverance (ii) — Kendati kendala menghadang di Day 1 dan Day 2, Alhamdulillah saya & istri @cisya (mau) mampu menyentuh garis finish dan menuntaskan etape & challenge sejauh hampir 35KM mengitari kawasan perairan Lombok, yakni Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan hingga Gili Nada di kegiatan @seaparkkayak beberapa waktu lalu. Finish Strong! Beruntung selama berkegiatan kayak laut tempo hari kami dikelilingi dengan sohib-sohib lama dan berjumpa banyak kawan-kawan baru. Seakan menggelar jambore komunitas kayak laut. Saling belajar, bertukar energi, membangun ide, sampai (hampir saja terjadi) saling menukar kayak sesudah race. Energi luar biasa inilah yang menjelma solar tambahan untuk tetap tangguh menyelesaikan tantangan sampai finish. Tentu belikat & pinggang merengek untuk dipijat setelahnya. Terimakasih kawan-kawan @seakayakindonesia.official yang telah berjibaku meracik rute. Empat jempol untuk tim rescue dan marshall anti-encok yang dikepalai oleh pelatih @tree_wind_art_o dan @mascpuji Terimakasih sobat-sobat peserta race, dan tentu selamat untuk para pemenang! PADDLE HARD, PARTY HARDER! *** Tak ada yang mudah untuk menyelesaikan race di berbagai cabang olahraga. Ini bukan perihal mampu atau tak mampu. Melainkan mau atau tidak mau. Tabah sampai akhir, Tuan! 🚣🏻♀️Likes : 2804

2.8K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Perseverance (ii) — Kendati kendala menghadang di Day 1 dan Day 2, Alhamdulillah saya & istri @cisya (mau) mampu menyentuh garis finish dan menuntaskan etape & challenge sejauh hampir 35KM mengitari kawasan perairan Lombok, yakni Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan hingga Gili Nada di kegiatan @seaparkkayak beberapa waktu lalu. Finish Strong! Beruntung selama berkegiatan kayak laut tempo hari kami dikelilingi dengan sohib-sohib lama dan berjumpa banyak kawan-kawan baru. Seakan menggelar jambore komunitas kayak laut. Saling belajar, bertukar energi, membangun ide, sampai (hampir saja terjadi) saling menukar kayak sesudah race. Energi luar biasa inilah yang menjelma solar tambahan untuk tetap tangguh menyelesaikan tantangan sampai finish. Tentu belikat & pinggang merengek untuk dipijat setelahnya. Terimakasih kawan-kawan @seakayakindonesia.official yang telah berjibaku meracik rute. Empat jempol untuk tim rescue dan marshall anti-encok yang dikepalai oleh pelatih @tree_wind_art_o dan @mascpuji Terimakasih sobat-sobat peserta race, dan tentu selamat untuk para pemenang! PADDLE HARD, PARTY HARDER! *** Tak ada yang mudah untuk menyelesaikan race di berbagai cabang olahraga. Ini bukan perihal mampu atau tak mampu. Melainkan mau atau tidak mau. Tabah sampai akhir, Tuan! 🚣🏻♀️Likes : 2804

2.8K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Perseverance (ii) — Kendati kendala menghadang di Day 1 dan Day 2, Alhamdulillah saya & istri @cisya (mau) mampu menyentuh garis finish dan menuntaskan etape & challenge sejauh hampir 35KM mengitari kawasan perairan Lombok, yakni Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan hingga Gili Nada di kegiatan @seaparkkayak beberapa waktu lalu. Finish Strong! Beruntung selama berkegiatan kayak laut tempo hari kami dikelilingi dengan sohib-sohib lama dan berjumpa banyak kawan-kawan baru. Seakan menggelar jambore komunitas kayak laut. Saling belajar, bertukar energi, membangun ide, sampai (hampir saja terjadi) saling menukar kayak sesudah race. Energi luar biasa inilah yang menjelma solar tambahan untuk tetap tangguh menyelesaikan tantangan sampai finish. Tentu belikat & pinggang merengek untuk dipijat setelahnya. Terimakasih kawan-kawan @seakayakindonesia.official yang telah berjibaku meracik rute. Empat jempol untuk tim rescue dan marshall anti-encok yang dikepalai oleh pelatih @tree_wind_art_o dan @mascpuji Terimakasih sobat-sobat peserta race, dan tentu selamat untuk para pemenang! PADDLE HARD, PARTY HARDER! *** Tak ada yang mudah untuk menyelesaikan race di berbagai cabang olahraga. Ini bukan perihal mampu atau tak mampu. Melainkan mau atau tidak mau. Tabah sampai akhir, Tuan! 🚣🏻♀️Likes : 2804

2.8K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Perseverance (ii) — Kendati kendala menghadang di Day 1 dan Day 2, Alhamdulillah saya & istri @cisya (mau) mampu menyentuh garis finish dan menuntaskan etape & challenge sejauh hampir 35KM mengitari kawasan perairan Lombok, yakni Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan hingga Gili Nada di kegiatan @seaparkkayak beberapa waktu lalu. Finish Strong! Beruntung selama berkegiatan kayak laut tempo hari kami dikelilingi dengan sohib-sohib lama dan berjumpa banyak kawan-kawan baru. Seakan menggelar jambore komunitas kayak laut. Saling belajar, bertukar energi, membangun ide, sampai (hampir saja terjadi) saling menukar kayak sesudah race. Energi luar biasa inilah yang menjelma solar tambahan untuk tetap tangguh menyelesaikan tantangan sampai finish. Tentu belikat & pinggang merengek untuk dipijat setelahnya. Terimakasih kawan-kawan @seakayakindonesia.official yang telah berjibaku meracik rute. Empat jempol untuk tim rescue dan marshall anti-encok yang dikepalai oleh pelatih @tree_wind_art_o dan @mascpuji Terimakasih sobat-sobat peserta race, dan tentu selamat untuk para pemenang! PADDLE HARD, PARTY HARDER! *** Tak ada yang mudah untuk menyelesaikan race di berbagai cabang olahraga. Ini bukan perihal mampu atau tak mampu. Melainkan mau atau tidak mau. Tabah sampai akhir, Tuan! 🚣🏻♀️Likes : 2804

2.8K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Perseverance (ii) — Kendati kendala menghadang di Day 1 dan Day 2, Alhamdulillah saya & istri @cisya (mau) mampu menyentuh garis finish dan menuntaskan etape & challenge sejauh hampir 35KM mengitari kawasan perairan Lombok, yakni Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan hingga Gili Nada di kegiatan @seaparkkayak beberapa waktu lalu. Finish Strong! Beruntung selama berkegiatan kayak laut tempo hari kami dikelilingi dengan sohib-sohib lama dan berjumpa banyak kawan-kawan baru. Seakan menggelar jambore komunitas kayak laut. Saling belajar, bertukar energi, membangun ide, sampai (hampir saja terjadi) saling menukar kayak sesudah race. Energi luar biasa inilah yang menjelma solar tambahan untuk tetap tangguh menyelesaikan tantangan sampai finish. Tentu belikat & pinggang merengek untuk dipijat setelahnya. Terimakasih kawan-kawan @seakayakindonesia.official yang telah berjibaku meracik rute. Empat jempol untuk tim rescue dan marshall anti-encok yang dikepalai oleh pelatih @tree_wind_art_o dan @mascpuji Terimakasih sobat-sobat peserta race, dan tentu selamat untuk para pemenang! PADDLE HARD, PARTY HARDER! *** Tak ada yang mudah untuk menyelesaikan race di berbagai cabang olahraga. Ini bukan perihal mampu atau tak mampu. Melainkan mau atau tidak mau. Tabah sampai akhir, Tuan! 🚣🏻♀️Likes : 2804

2.8K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Perseverance (ii) — Kendati kendala menghadang di Day 1 dan Day 2, Alhamdulillah saya & istri @cisya (mau) mampu menyentuh garis finish dan menuntaskan etape & challenge sejauh hampir 35KM mengitari kawasan perairan Lombok, yakni Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan hingga Gili Nada di kegiatan @seaparkkayak beberapa waktu lalu. Finish Strong! Beruntung selama berkegiatan kayak laut tempo hari kami dikelilingi dengan sohib-sohib lama dan berjumpa banyak kawan-kawan baru. Seakan menggelar jambore komunitas kayak laut. Saling belajar, bertukar energi, membangun ide, sampai (hampir saja terjadi) saling menukar kayak sesudah race. Energi luar biasa inilah yang menjelma solar tambahan untuk tetap tangguh menyelesaikan tantangan sampai finish. Tentu belikat & pinggang merengek untuk dipijat setelahnya. Terimakasih kawan-kawan @seakayakindonesia.official yang telah berjibaku meracik rute. Empat jempol untuk tim rescue dan marshall anti-encok yang dikepalai oleh pelatih @tree_wind_art_o dan @mascpuji Terimakasih sobat-sobat peserta race, dan tentu selamat untuk para pemenang! PADDLE HARD, PARTY HARDER! *** Tak ada yang mudah untuk menyelesaikan race di berbagai cabang olahraga. Ini bukan perihal mampu atau tak mampu. Melainkan mau atau tidak mau. Tabah sampai akhir, Tuan! 🚣🏻♀️Likes : 2804

2.8K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Perseverance (ii) — Kendati kendala menghadang di Day 1 dan Day 2, Alhamdulillah saya & istri @cisya (mau) mampu menyentuh garis finish dan menuntaskan etape & challenge sejauh hampir 35KM mengitari kawasan perairan Lombok, yakni Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan hingga Gili Nada di kegiatan @seaparkkayak beberapa waktu lalu. Finish Strong! Beruntung selama berkegiatan kayak laut tempo hari kami dikelilingi dengan sohib-sohib lama dan berjumpa banyak kawan-kawan baru. Seakan menggelar jambore komunitas kayak laut. Saling belajar, bertukar energi, membangun ide, sampai (hampir saja terjadi) saling menukar kayak sesudah race. Energi luar biasa inilah yang menjelma solar tambahan untuk tetap tangguh menyelesaikan tantangan sampai finish. Tentu belikat & pinggang merengek untuk dipijat setelahnya. Terimakasih kawan-kawan @seakayakindonesia.official yang telah berjibaku meracik rute. Empat jempol untuk tim rescue dan marshall anti-encok yang dikepalai oleh pelatih @tree_wind_art_o dan @mascpuji Terimakasih sobat-sobat peserta race, dan tentu selamat untuk para pemenang! PADDLE HARD, PARTY HARDER! *** Tak ada yang mudah untuk menyelesaikan race di berbagai cabang olahraga. Ini bukan perihal mampu atau tak mampu. Melainkan mau atau tidak mau. Tabah sampai akhir, Tuan! 🚣🏻♀️Likes : 2804

2.8K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Perseverance (ii) — Kendati kendala menghadang di Day 1 dan Day 2, Alhamdulillah saya & istri @cisya (mau) mampu menyentuh garis finish dan menuntaskan etape & challenge sejauh hampir 35KM mengitari kawasan perairan Lombok, yakni Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan hingga Gili Nada di kegiatan @seaparkkayak beberapa waktu lalu. Finish Strong! Beruntung selama berkegiatan kayak laut tempo hari kami dikelilingi dengan sohib-sohib lama dan berjumpa banyak kawan-kawan baru. Seakan menggelar jambore komunitas kayak laut. Saling belajar, bertukar energi, membangun ide, sampai (hampir saja terjadi) saling menukar kayak sesudah race. Energi luar biasa inilah yang menjelma solar tambahan untuk tetap tangguh menyelesaikan tantangan sampai finish. Tentu belikat & pinggang merengek untuk dipijat setelahnya. Terimakasih kawan-kawan @seakayakindonesia.official yang telah berjibaku meracik rute. Empat jempol untuk tim rescue dan marshall anti-encok yang dikepalai oleh pelatih @tree_wind_art_o dan @mascpuji Terimakasih sobat-sobat peserta race, dan tentu selamat untuk para pemenang! PADDLE HARD, PARTY HARDER! *** Tak ada yang mudah untuk menyelesaikan race di berbagai cabang olahraga. Ini bukan perihal mampu atau tak mampu. Melainkan mau atau tidak mau. Tabah sampai akhir, Tuan! 🚣🏻♀️Likes : 2804

2.8K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Perseverance (ii) — Kendati kendala menghadang di Day 1 dan Day 2, Alhamdulillah saya & istri @cisya (mau) mampu menyentuh garis finish dan menuntaskan etape & challenge sejauh hampir 35KM mengitari kawasan perairan Lombok, yakni Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan hingga Gili Nada di kegiatan @seaparkkayak beberapa waktu lalu. Finish Strong! Beruntung selama berkegiatan kayak laut tempo hari kami dikelilingi dengan sohib-sohib lama dan berjumpa banyak kawan-kawan baru. Seakan menggelar jambore komunitas kayak laut. Saling belajar, bertukar energi, membangun ide, sampai (hampir saja terjadi) saling menukar kayak sesudah race. Energi luar biasa inilah yang menjelma solar tambahan untuk tetap tangguh menyelesaikan tantangan sampai finish. Tentu belikat & pinggang merengek untuk dipijat setelahnya. Terimakasih kawan-kawan @seakayakindonesia.official yang telah berjibaku meracik rute. Empat jempol untuk tim rescue dan marshall anti-encok yang dikepalai oleh pelatih @tree_wind_art_o dan @mascpuji Terimakasih sobat-sobat peserta race, dan tentu selamat untuk para pemenang! PADDLE HARD, PARTY HARDER! *** Tak ada yang mudah untuk menyelesaikan race di berbagai cabang olahraga. Ini bukan perihal mampu atau tak mampu. Melainkan mau atau tidak mau. Tabah sampai akhir, Tuan! 🚣🏻♀️Likes : 2804

2.8K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Perseverance (ii) — Kendati kendala menghadang di Day 1 dan Day 2, Alhamdulillah saya & istri @cisya (mau) mampu menyentuh garis finish dan menuntaskan etape & challenge sejauh hampir 35KM mengitari kawasan perairan Lombok, yakni Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan hingga Gili Nada di kegiatan @seaparkkayak beberapa waktu lalu. Finish Strong! Beruntung selama berkegiatan kayak laut tempo hari kami dikelilingi dengan sohib-sohib lama dan berjumpa banyak kawan-kawan baru. Seakan menggelar jambore komunitas kayak laut. Saling belajar, bertukar energi, membangun ide, sampai (hampir saja terjadi) saling menukar kayak sesudah race. Energi luar biasa inilah yang menjelma solar tambahan untuk tetap tangguh menyelesaikan tantangan sampai finish. Tentu belikat & pinggang merengek untuk dipijat setelahnya. Terimakasih kawan-kawan @seakayakindonesia.official yang telah berjibaku meracik rute. Empat jempol untuk tim rescue dan marshall anti-encok yang dikepalai oleh pelatih @tree_wind_art_o dan @mascpuji Terimakasih sobat-sobat peserta race, dan tentu selamat untuk para pemenang! PADDLE HARD, PARTY HARDER! *** Tak ada yang mudah untuk menyelesaikan race di berbagai cabang olahraga. Ini bukan perihal mampu atau tak mampu. Melainkan mau atau tidak mau. Tabah sampai akhir, Tuan! 🚣🏻♀️Likes : 2804

2.8K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Konon katanya hari ini adalah perayaan gegap gempita Hari Bumi. Kucoba menyelami lautan tuk mengucap selamat. Hening, lama tak ada jawaban. Seekor penyu tua mendekati. “Bertahun-tahun dirayakan. Akan tetapi, semakin hari manusia terus menggerus paru bumi dan merampok rahimnya.” Bukanya. “Terutama, klan yang punya kuasa. Mungkin mereka lupa, makan dari hasil bumi, berdiri diatas bumi, bahkan kembalinya pun ke bumi. Lantas, mengapa harus bersifat bak langit?” Merenung, merinding kami dibuatnya. “Manusia tak sadar, perilaku kalian di daratan, sungguh memberi dampak bagi kami di lautan. Apakah kalian lupa bahwasanya lautan ini juga bagian dari bumi?” Pungkasnya. Nusantara, 22 April 2024. – Ramon Tungka. #sayapilihbumi #haribumi #earthday #planetvsplastics2024Likes : 2782

2.8K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Dalam salah satu tulisannya untuk majalah Inggris “The Spectator”, Michael Palin, seorang pejalan & jurnalis kawakan asal Britania Raya, pernah berujar bahwa susah untuk memilih tempat favorit yang pernah dikunjunginya. Namun ada satu lokasi yang tak pernah bisa ia lupakan setiap detilnya, yakni Peru dengan Machu Picchu nya. Palin remaja mendambakan untuk bisa melancong kesana. Namun dalam lawatannya ke Machu Picchu tahun 1997, ia terkesima dengan apa yang dirasakan ketika mempelajari dan mengitari seluk beluk bangunan-bangunan disana. Melebihi ekspektasi dan melampaui apa yang ia gambarkan ketika muda. Sebuah intimasi dalam isolasi. Singkatnya. Ketika malam tiba, dari balik jendela hotel tempat ia menginap, ia hanya bisa menatap siluet peninggalan gigantik yang bernilai nan bersejarah dari peradaban kuno Suku Inka yang dibangun di atas ketinggian 2.430 mdpl ini. Baginya ini adalah waktu yang nikmat untuk berkontemplasi. Seiring tanpa sengaja terdistraksi oleh sayup-sayup refrain lagu milik ABBA yang terdengar dari bar sebelah tempat ia menginap, yang kontan melahirkan quotes legendaris darinya, “Night falls over Machu Picchu to the sound of ‘Dancing Queen’.” Dokumentasi perjalanan Palin yang terangkum dalam tayangan dokumenter dan buku bertajuk sama yakni “Full Circle With Michael Palin” yang saya pernah baca sedekade silam, sedikit banyak mempengaruhi saya untuk merasakan langsung kesana bersama kawan saya, Yunaidi Joepoet, tahun 2019 lalu. Tapi bedanya, Palin menginap di hotel mewah yang bersebelahan dengan kawasan Machu Picchu. Kami memilih bermalam di penginapan yang berlokasi cukup jauh dari situs tersebut, dibawah kaki gunung ditengah hiruk pikuk keramaian kota kecil Aguas Calientes. Kendati berharap dapat mendengar sayup-sayup “Dancing Queen”, kami justru mendapati kemerduan musisi jalanan yang melantunkan “Hallelujah” nya si jenius nan puitis Leonard Cohen. Menambah syahdu malam yang dingin itu di Aguas Calientes, ditemani segelas arak lokal. — Foto pertama oleh @yunaidijoepoet Foto kedua ketika Palin di Machu Picchu.Likes : 2751

2.8K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Dalam salah satu tulisannya untuk majalah Inggris “The Spectator”, Michael Palin, seorang pejalan & jurnalis kawakan asal Britania Raya, pernah berujar bahwa susah untuk memilih tempat favorit yang pernah dikunjunginya. Namun ada satu lokasi yang tak pernah bisa ia lupakan setiap detilnya, yakni Peru dengan Machu Picchu nya. Palin remaja mendambakan untuk bisa melancong kesana. Namun dalam lawatannya ke Machu Picchu tahun 1997, ia terkesima dengan apa yang dirasakan ketika mempelajari dan mengitari seluk beluk bangunan-bangunan disana. Melebihi ekspektasi dan melampaui apa yang ia gambarkan ketika muda. Sebuah intimasi dalam isolasi. Singkatnya. Ketika malam tiba, dari balik jendela hotel tempat ia menginap, ia hanya bisa menatap siluet peninggalan gigantik yang bernilai nan bersejarah dari peradaban kuno Suku Inka yang dibangun di atas ketinggian 2.430 mdpl ini. Baginya ini adalah waktu yang nikmat untuk berkontemplasi. Seiring tanpa sengaja terdistraksi oleh sayup-sayup refrain lagu milik ABBA yang terdengar dari bar sebelah tempat ia menginap, yang kontan melahirkan quotes legendaris darinya, “Night falls over Machu Picchu to the sound of ‘Dancing Queen’.” Dokumentasi perjalanan Palin yang terangkum dalam tayangan dokumenter dan buku bertajuk sama yakni “Full Circle With Michael Palin” yang saya pernah baca sedekade silam, sedikit banyak mempengaruhi saya untuk merasakan langsung kesana bersama kawan saya, Yunaidi Joepoet, tahun 2019 lalu. Tapi bedanya, Palin menginap di hotel mewah yang bersebelahan dengan kawasan Machu Picchu. Kami memilih bermalam di penginapan yang berlokasi cukup jauh dari situs tersebut, dibawah kaki gunung ditengah hiruk pikuk keramaian kota kecil Aguas Calientes. Kendati berharap dapat mendengar sayup-sayup “Dancing Queen”, kami justru mendapati kemerduan musisi jalanan yang melantunkan “Hallelujah” nya si jenius nan puitis Leonard Cohen. Menambah syahdu malam yang dingin itu di Aguas Calientes, ditemani segelas arak lokal. — Foto pertama oleh @yunaidijoepoet Foto kedua ketika Palin di Machu Picchu.Likes : 2751

2.8K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Dalam salah satu tulisannya untuk majalah Inggris “The Spectator”, Michael Palin, seorang pejalan & jurnalis kawakan asal Britania Raya, pernah berujar bahwa susah untuk memilih tempat favorit yang pernah dikunjunginya. Namun ada satu lokasi yang tak pernah bisa ia lupakan setiap detilnya, yakni Peru dengan Machu Picchu nya. Palin remaja mendambakan untuk bisa melancong kesana. Namun dalam lawatannya ke Machu Picchu tahun 1997, ia terkesima dengan apa yang dirasakan ketika mempelajari dan mengitari seluk beluk bangunan-bangunan disana. Melebihi ekspektasi dan melampaui apa yang ia gambarkan ketika muda. Sebuah intimasi dalam isolasi. Singkatnya. Ketika malam tiba, dari balik jendela hotel tempat ia menginap, ia hanya bisa menatap siluet peninggalan gigantik yang bernilai nan bersejarah dari peradaban kuno Suku Inka yang dibangun di atas ketinggian 2.430 mdpl ini. Baginya ini adalah waktu yang nikmat untuk berkontemplasi. Seiring tanpa sengaja terdistraksi oleh sayup-sayup refrain lagu milik ABBA yang terdengar dari bar sebelah tempat ia menginap, yang kontan melahirkan quotes legendaris darinya, “Night falls over Machu Picchu to the sound of ‘Dancing Queen’.” Dokumentasi perjalanan Palin yang terangkum dalam tayangan dokumenter dan buku bertajuk sama yakni “Full Circle With Michael Palin” yang saya pernah baca sedekade silam, sedikit banyak mempengaruhi saya untuk merasakan langsung kesana bersama kawan saya, Yunaidi Joepoet, tahun 2019 lalu. Tapi bedanya, Palin menginap di hotel mewah yang bersebelahan dengan kawasan Machu Picchu. Kami memilih bermalam di penginapan yang berlokasi cukup jauh dari situs tersebut, dibawah kaki gunung ditengah hiruk pikuk keramaian kota kecil Aguas Calientes. Kendati berharap dapat mendengar sayup-sayup “Dancing Queen”, kami justru mendapati kemerduan musisi jalanan yang melantunkan “Hallelujah” nya si jenius nan puitis Leonard Cohen. Menambah syahdu malam yang dingin itu di Aguas Calientes, ditemani segelas arak lokal. — Foto pertama oleh @yunaidijoepoet Foto kedua ketika Palin di Machu Picchu.Likes : 2751

2.1K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Celebrating Record Store Day! — Musim lebaran rekaman rilisan fisik telah dimulai. Kembali turun gunung dan siap berburu. Baru pekan pertama, tak sabar meliuk-liuk di pekan kedua. Bukan sekedar beburu potongan harga untuk terus menambah pundi koleksi piringan hitam, namun turut merayakan dan mensupport toko rekaman rilisan fisik. #recordstoredayindonesiaLikes : 2109

2.1K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Celebrating Record Store Day! — Musim lebaran rekaman rilisan fisik telah dimulai. Kembali turun gunung dan siap berburu. Baru pekan pertama, tak sabar meliuk-liuk di pekan kedua. Bukan sekedar beburu potongan harga untuk terus menambah pundi koleksi piringan hitam, namun turut merayakan dan mensupport toko rekaman rilisan fisik. #recordstoredayindonesiaLikes : 2109

2.1K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Celebrating Record Store Day! — Musim lebaran rekaman rilisan fisik telah dimulai. Kembali turun gunung dan siap berburu. Baru pekan pertama, tak sabar meliuk-liuk di pekan kedua. Bukan sekedar beburu potongan harga untuk terus menambah pundi koleksi piringan hitam, namun turut merayakan dan mensupport toko rekaman rilisan fisik. #recordstoredayindonesiaLikes : 2109

2.1K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Celebrating Record Store Day! — Musim lebaran rekaman rilisan fisik telah dimulai. Kembali turun gunung dan siap berburu. Baru pekan pertama, tak sabar meliuk-liuk di pekan kedua. Bukan sekedar beburu potongan harga untuk terus menambah pundi koleksi piringan hitam, namun turut merayakan dan mensupport toko rekaman rilisan fisik. #recordstoredayindonesiaLikes : 2109

2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Merdeka menjelajah demi kepentingan tanah air dan ilmu pengetahuan! Seremoni pengibaran Merah Putih di perairan Tanjung Kelayang, @tempatberkesinambungan, Desa Tanjung Binga, Belitung, sebelum memulai Ekspedisi Dayung Jelajah Nusantara Wanadri edisi sirkumnavigasi Pulau Belitong esok hari. @djn_seakayakexpedition Dirgahayu Repubilik Indonesia! #Wanadri #DJN #seakayaking #independenceday #BelitungLikes : 2035

1.9K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Reload. — Satu bulan penuh sudah menyuntik pengisian ulang bahan bakar menyuapi hati, mental dan fisik dengan asupan hidangan ruhaniyah diri selama Ramadan. Kini waktunya menatap perjalanan sesungguhnya dengan senantiasa ajeg nan trengginas mengarungi penjelajahan 11 bulan lainnya didepan. Bismillah.Likes : 1868

1.6K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : “Be mighty, be humble, Be mighty humble.” – E.V — Kata orang “Life begins at 40”. Sebagian percaya angka tersebut adalah usia yang cukup matang untuk mengemban penjelajahan hidup yang lebih akbar lagi. Hei, kau musafir minat khusus! Benturan & uban tak mengendurkanmu! Justru mematangkan cakrawalamu. Tetaplah tangguh nan bersahaja, Mon! Hei, cuk! Selamat merayakan kehidupan dengan bertumbuh & berproses secara sederhana, sejahtera, dan secukupnya. Menjadi ayah, suami dan pribadi yang lebih baik & bijak bukanlah hal mudah. Akan tetapi, mojo ku malah semakin bertaji terpacu tuk mewujudkannya. Mugi-mugi Gusti Pangeran tansah paring kasarasan lan ketentreman. .. Kini, waktunya menatap & memupuk diri menuju Ramon versi 50! Sekharismatik Kevin Costner kah? Ah! Yang jelas tak jauh dari Eddie Vedder lah..!! Of Course.. Mon, yuk mari kita terus bermain & bertualang! Sluman, slumun, slamet! Bismillah.. …Likes : 1610

1.6K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : “Be mighty, be humble, Be mighty humble.” – E.V — Kata orang “Life begins at 40”. Sebagian percaya angka tersebut adalah usia yang cukup matang untuk mengemban penjelajahan hidup yang lebih akbar lagi. Hei, kau musafir minat khusus! Benturan & uban tak mengendurkanmu! Justru mematangkan cakrawalamu. Tetaplah tangguh nan bersahaja, Mon! Hei, cuk! Selamat merayakan kehidupan dengan bertumbuh & berproses secara sederhana, sejahtera, dan secukupnya. Menjadi ayah, suami dan pribadi yang lebih baik & bijak bukanlah hal mudah. Akan tetapi, mojo ku malah semakin bertaji terpacu tuk mewujudkannya. Mugi-mugi Gusti Pangeran tansah paring kasarasan lan ketentreman. .. Kini, waktunya menatap & memupuk diri menuju Ramon versi 50! Sekharismatik Kevin Costner kah? Ah! Yang jelas tak jauh dari Eddie Vedder lah..!! Of Course.. Mon, yuk mari kita terus bermain & bertualang! Sluman, slumun, slamet! Bismillah.. …Likes : 1610

1.6K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : “Be mighty, be humble, Be mighty humble.” – E.V — Kata orang “Life begins at 40”. Sebagian percaya angka tersebut adalah usia yang cukup matang untuk mengemban penjelajahan hidup yang lebih akbar lagi. Hei, kau musafir minat khusus! Benturan & uban tak mengendurkanmu! Justru mematangkan cakrawalamu. Tetaplah tangguh nan bersahaja, Mon! Hei, cuk! Selamat merayakan kehidupan dengan bertumbuh & berproses secara sederhana, sejahtera, dan secukupnya. Menjadi ayah, suami dan pribadi yang lebih baik & bijak bukanlah hal mudah. Akan tetapi, mojo ku malah semakin bertaji terpacu tuk mewujudkannya. Mugi-mugi Gusti Pangeran tansah paring kasarasan lan ketentreman. .. Kini, waktunya menatap & memupuk diri menuju Ramon versi 50! Sekharismatik Kevin Costner kah? Ah! Yang jelas tak jauh dari Eddie Vedder lah..!! Of Course.. Mon, yuk mari kita terus bermain & bertualang! Sluman, slumun, slamet! Bismillah.. …Likes : 1610

1.6K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : “Be mighty, be humble, Be mighty humble.” – E.V — Kata orang “Life begins at 40”. Sebagian percaya angka tersebut adalah usia yang cukup matang untuk mengemban penjelajahan hidup yang lebih akbar lagi. Hei, kau musafir minat khusus! Benturan & uban tak mengendurkanmu! Justru mematangkan cakrawalamu. Tetaplah tangguh nan bersahaja, Mon! Hei, cuk! Selamat merayakan kehidupan dengan bertumbuh & berproses secara sederhana, sejahtera, dan secukupnya. Menjadi ayah, suami dan pribadi yang lebih baik & bijak bukanlah hal mudah. Akan tetapi, mojo ku malah semakin bertaji terpacu tuk mewujudkannya. Mugi-mugi Gusti Pangeran tansah paring kasarasan lan ketentreman. .. Kini, waktunya menatap & memupuk diri menuju Ramon versi 50! Sekharismatik Kevin Costner kah? Ah! Yang jelas tak jauh dari Eddie Vedder lah..!! Of Course.. Mon, yuk mari kita terus bermain & bertualang! Sluman, slumun, slamet! Bismillah.. …Likes : 1610

1.6K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : “Be mighty, be humble, Be mighty humble.” – E.V — Kata orang “Life begins at 40”. Sebagian percaya angka tersebut adalah usia yang cukup matang untuk mengemban penjelajahan hidup yang lebih akbar lagi. Hei, kau musafir minat khusus! Benturan & uban tak mengendurkanmu! Justru mematangkan cakrawalamu. Tetaplah tangguh nan bersahaja, Mon! Hei, cuk! Selamat merayakan kehidupan dengan bertumbuh & berproses secara sederhana, sejahtera, dan secukupnya. Menjadi ayah, suami dan pribadi yang lebih baik & bijak bukanlah hal mudah. Akan tetapi, mojo ku malah semakin bertaji terpacu tuk mewujudkannya. Mugi-mugi Gusti Pangeran tansah paring kasarasan lan ketentreman. .. Kini, waktunya menatap & memupuk diri menuju Ramon versi 50! Sekharismatik Kevin Costner kah? Ah! Yang jelas tak jauh dari Eddie Vedder lah..!! Of Course.. Mon, yuk mari kita terus bermain & bertualang! Sluman, slumun, slamet! Bismillah.. …Likes : 1610

1.4K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Membahas permasalahan lingkungan takkan ada habisnya bilamana tak ada kemauan untuk mengubah perilaku kita sendiri. Jalan masih panjang untuk mewujudkan lestari. Namun tak menyurutkan kawan-kawan seperjuangan. Tengok saja upaya @suparnojumar si river defender, yang mengajak kita untuk menyadari persoalan di sekitar Ciliwung, lalu @ebss.travels melalui @napak.bhumi yang mengubah limbah menjadi sepatu, dan tentu @davinaveronica yang terus menyuarakan isu pelestarian satwa. Mereka terus menggerakkan upaya-upaya baik demi menjaga kesinambungan alam raya dan manusianya. Kami berkumpul berdiskusi di Bentara Budaya Jakarta dalam srawung “Palmerah, Yuk!” jumat sore kemarin yang di kepung sajian kudapan lokal plus booth pertukaran pakaian (Barter.in) yang diinisiasi oleh @sayapilihbumi Kudapan yang tersaji di meja pun turut menghangatkan dan membakar keseruan topik-topik diskusi kami. Seperti biasanya, gagasan demi gagasan menyikapi persoalan dari hulu ke hilir terlahir di meja tengah nan ajaib itu. Tentu saja ragam persoalan lingkungan yang terjadi bukanlah semata tanggung jawab para aktivis konservasi ataupun para pembuat kebijakan. Jelas keterhubungan dan keterlibatan semua pihak akan menjadi untaian solusi dalam menghadapi perubahan iklim. Kami sepakat bahwa banyak bidang yang bisa diamplifikasi dalam memobilisasi perubahan perilaku untuk mewujudkan keselarasan nan lestari. Oh ya, terima kasih untuk mas @beginu yang kali ini pasrah membiarkan saya mengkudeta @palmerah.yuk sore itu. Panjang umur upaya-upaya baik!Likes : 1424

1.4K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Membahas permasalahan lingkungan takkan ada habisnya bilamana tak ada kemauan untuk mengubah perilaku kita sendiri. Jalan masih panjang untuk mewujudkan lestari. Namun tak menyurutkan kawan-kawan seperjuangan. Tengok saja upaya @suparnojumar si river defender, yang mengajak kita untuk menyadari persoalan di sekitar Ciliwung, lalu @ebss.travels melalui @napak.bhumi yang mengubah limbah menjadi sepatu, dan tentu @davinaveronica yang terus menyuarakan isu pelestarian satwa. Mereka terus menggerakkan upaya-upaya baik demi menjaga kesinambungan alam raya dan manusianya. Kami berkumpul berdiskusi di Bentara Budaya Jakarta dalam srawung “Palmerah, Yuk!” jumat sore kemarin yang di kepung sajian kudapan lokal plus booth pertukaran pakaian (Barter.in) yang diinisiasi oleh @sayapilihbumi Kudapan yang tersaji di meja pun turut menghangatkan dan membakar keseruan topik-topik diskusi kami. Seperti biasanya, gagasan demi gagasan menyikapi persoalan dari hulu ke hilir terlahir di meja tengah nan ajaib itu. Tentu saja ragam persoalan lingkungan yang terjadi bukanlah semata tanggung jawab para aktivis konservasi ataupun para pembuat kebijakan. Jelas keterhubungan dan keterlibatan semua pihak akan menjadi untaian solusi dalam menghadapi perubahan iklim. Kami sepakat bahwa banyak bidang yang bisa diamplifikasi dalam memobilisasi perubahan perilaku untuk mewujudkan keselarasan nan lestari. Oh ya, terima kasih untuk mas @beginu yang kali ini pasrah membiarkan saya mengkudeta @palmerah.yuk sore itu. Panjang umur upaya-upaya baik!Likes : 1424

1.4K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Membahas permasalahan lingkungan takkan ada habisnya bilamana tak ada kemauan untuk mengubah perilaku kita sendiri. Jalan masih panjang untuk mewujudkan lestari. Namun tak menyurutkan kawan-kawan seperjuangan. Tengok saja upaya @suparnojumar si river defender, yang mengajak kita untuk menyadari persoalan di sekitar Ciliwung, lalu @ebss.travels melalui @napak.bhumi yang mengubah limbah menjadi sepatu, dan tentu @davinaveronica yang terus menyuarakan isu pelestarian satwa. Mereka terus menggerakkan upaya-upaya baik demi menjaga kesinambungan alam raya dan manusianya. Kami berkumpul berdiskusi di Bentara Budaya Jakarta dalam srawung “Palmerah, Yuk!” jumat sore kemarin yang di kepung sajian kudapan lokal plus booth pertukaran pakaian (Barter.in) yang diinisiasi oleh @sayapilihbumi Kudapan yang tersaji di meja pun turut menghangatkan dan membakar keseruan topik-topik diskusi kami. Seperti biasanya, gagasan demi gagasan menyikapi persoalan dari hulu ke hilir terlahir di meja tengah nan ajaib itu. Tentu saja ragam persoalan lingkungan yang terjadi bukanlah semata tanggung jawab para aktivis konservasi ataupun para pembuat kebijakan. Jelas keterhubungan dan keterlibatan semua pihak akan menjadi untaian solusi dalam menghadapi perubahan iklim. Kami sepakat bahwa banyak bidang yang bisa diamplifikasi dalam memobilisasi perubahan perilaku untuk mewujudkan keselarasan nan lestari. Oh ya, terima kasih untuk mas @beginu yang kali ini pasrah membiarkan saya mengkudeta @palmerah.yuk sore itu. Panjang umur upaya-upaya baik!Likes : 1424

1.4K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Menanam sejenak, selamanya mengakar dan bertumbuh. —— Meski kerap dianaktirikan, mangrove memiliki peran yang esensial sebagai salah satu solusi menghadapi persoalan krisis iklim. Persoalan yang harus kita akui dan renungkan bersama. Tak dapat dipungkiri ragam isu lingkungan muncul akibat perilaku kita sendiri dalam berkehidupan di planet ini. Hitung saja sendiri berapa jejak karbon yang kau hasilkan hari ini? Ya! Itu baru hari ini.. bagaimana dengan kemarin dst? Penanaman mangrove mungkin seringkali dipandang sekadar seremonial belaka. Namun aksi yang katanya “kecil” ini tak hanya mampu memberikan dampak yang luar biasa bagi habitat satwa dan kehidupan sosial-ekonomi-budaya manusia di sekitar kawasannya. Keberadaannya lebih dari itu. Sobat bumi, sebagai negara dengan luas hutan mangrove terbesar di dunia, yang mencapai 3,36 juta hektare, hutan mangrove di Indonesia rata-rata menyerap 52,85 ton karbon dioksida per hektare per tahun. Setara dengan berat 9 ekor gajah Sumatra dewasa. Tentu disini Indonesia memiliki peranan penting untuk mengatasi isu lingkungan secara global. Jadi, aksi menanam pohon mangrove merupakan upaya penting untuk menyerap karbon dan menghambat laju krisis iklim. Suatu bentuk upaya mempertahankan kondisi bumi agar tetap nyaman dihuni generasi kita dan mendatang. Dan sebaliknya, menebang pohon mangrove atau bahkan merusak hutan mangrove sama saja dengan melepaskan pasukan ribuan gajah dalam bentuk karbon sehingga menjadi penyumbang gas rumah kaca. Gas rumah kaca inilah yang pada akhirnya mempercepat laju krisis iklim sehingga membuat persoalan di bumi makin menggunung dan kehidupan manusia makin berat untuk dijalani. Kita pilih menanam atau merusak mangrove? #sayapilihbumi #tropicaladventureLikes : 1352

1.3K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Menjaga hutan menjaga masyarakat adatnya = menyelamatkan seantero manusia & menjaga kehidupan.Likes : 1328

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Indonesia mengkonsumsi MIKROPLASTIK terbanyak di dunia! Begitu bunyi studi yang dipublikasikan di laman Cornell University, Amerika Serikat pada April lalu. Bagaimana bisa? Bermula dari berlimpahnya sampah plastik di lautan negeri ini yang terdegradasi menjadi partikel-partikel kecil atau mikroplastik yang lalu dikonsumsi oleh koloni plankton. Disusul gerombolan ikan yang melahap barisan plankton tadi. Sejurus kemudian sejumlah ikan tersebut tersaji di meja makanmu. Siap untuk kau santap! Tunggu, bagaimana bisa awalnya sampah plastik sowan ke lautan? Mari sama-sama kita tanyakan pada diri sendiri. … Itu baru persoalan mikroplastik, kawan! Belum lagi isu lainnya yang menggelindingkan bola salju persoalan krisis iklim yang nyata terjadi di bumi. Seperti terpampang pada slide terakhir, melelehnya es di kawasan Arktik hasil tangkapan kamera Paul Nicklen. Sebuah imaji pengingat nan menohok! Pantas rasanya imaji tersebut lantas diabadikan sebagai sampul sebuah kitab protes bertajuk: Gigaton. #sayapilihbumiLikes : 1195

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Indonesia mengkonsumsi MIKROPLASTIK terbanyak di dunia! Begitu bunyi studi yang dipublikasikan di laman Cornell University, Amerika Serikat pada April lalu. Bagaimana bisa? Bermula dari berlimpahnya sampah plastik di lautan negeri ini yang terdegradasi menjadi partikel-partikel kecil atau mikroplastik yang lalu dikonsumsi oleh koloni plankton. Disusul gerombolan ikan yang melahap barisan plankton tadi. Sejurus kemudian sejumlah ikan tersebut tersaji di meja makanmu. Siap untuk kau santap! Tunggu, bagaimana bisa awalnya sampah plastik sowan ke lautan? Mari sama-sama kita tanyakan pada diri sendiri. … Itu baru persoalan mikroplastik, kawan! Belum lagi isu lainnya yang menggelindingkan bola salju persoalan krisis iklim yang nyata terjadi di bumi. Seperti terpampang pada slide terakhir, melelehnya es di kawasan Arktik hasil tangkapan kamera Paul Nicklen. Sebuah imaji pengingat nan menohok! Pantas rasanya imaji tersebut lantas diabadikan sebagai sampul sebuah kitab protes bertajuk: Gigaton. #sayapilihbumiLikes : 1195

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Indonesia mengkonsumsi MIKROPLASTIK terbanyak di dunia! Begitu bunyi studi yang dipublikasikan di laman Cornell University, Amerika Serikat pada April lalu. Bagaimana bisa? Bermula dari berlimpahnya sampah plastik di lautan negeri ini yang terdegradasi menjadi partikel-partikel kecil atau mikroplastik yang lalu dikonsumsi oleh koloni plankton. Disusul gerombolan ikan yang melahap barisan plankton tadi. Sejurus kemudian sejumlah ikan tersebut tersaji di meja makanmu. Siap untuk kau santap! Tunggu, bagaimana bisa awalnya sampah plastik sowan ke lautan? Mari sama-sama kita tanyakan pada diri sendiri. … Itu baru persoalan mikroplastik, kawan! Belum lagi isu lainnya yang menggelindingkan bola salju persoalan krisis iklim yang nyata terjadi di bumi. Seperti terpampang pada slide terakhir, melelehnya es di kawasan Arktik hasil tangkapan kamera Paul Nicklen. Sebuah imaji pengingat nan menohok! Pantas rasanya imaji tersebut lantas diabadikan sebagai sampul sebuah kitab protes bertajuk: Gigaton. #sayapilihbumiLikes : 1195

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Indonesia mengkonsumsi MIKROPLASTIK terbanyak di dunia! Begitu bunyi studi yang dipublikasikan di laman Cornell University, Amerika Serikat pada April lalu. Bagaimana bisa? Bermula dari berlimpahnya sampah plastik di lautan negeri ini yang terdegradasi menjadi partikel-partikel kecil atau mikroplastik yang lalu dikonsumsi oleh koloni plankton. Disusul gerombolan ikan yang melahap barisan plankton tadi. Sejurus kemudian sejumlah ikan tersebut tersaji di meja makanmu. Siap untuk kau santap! Tunggu, bagaimana bisa awalnya sampah plastik sowan ke lautan? Mari sama-sama kita tanyakan pada diri sendiri. … Itu baru persoalan mikroplastik, kawan! Belum lagi isu lainnya yang menggelindingkan bola salju persoalan krisis iklim yang nyata terjadi di bumi. Seperti terpampang pada slide terakhir, melelehnya es di kawasan Arktik hasil tangkapan kamera Paul Nicklen. Sebuah imaji pengingat nan menohok! Pantas rasanya imaji tersebut lantas diabadikan sebagai sampul sebuah kitab protes bertajuk: Gigaton. #sayapilihbumiLikes : 1195

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : 19 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk berproses berliku bertumbuh bijak. Seperti ungkapan Uda @ricky_jalanjalan salah satu fotografer senior @natgeoindonesia bahwasanya menjelang kepala 2 adalah usia yang sedang ranum, sedang gesit-gesitnya. Membentang alam raya panggung pengembaraan dan pembelajaran. Selamat merayakan hidup dan bertumbuh bijak di era baru penjelajahan: Merayakan Pusparagam Kehidupan. Teruslah menjelajah menjemput ilmu pengetahuan dan menyala lebih terang untuk planet ini dan manusianya! Selamat berulang tahun ke 19, Sobat Bumi & Kawan Jalan! National Geographic Indonesia.Likes : 1186

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : 19 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk berproses berliku bertumbuh bijak. Seperti ungkapan Uda @ricky_jalanjalan salah satu fotografer senior @natgeoindonesia bahwasanya menjelang kepala 2 adalah usia yang sedang ranum, sedang gesit-gesitnya. Membentang alam raya panggung pengembaraan dan pembelajaran. Selamat merayakan hidup dan bertumbuh bijak di era baru penjelajahan: Merayakan Pusparagam Kehidupan. Teruslah menjelajah menjemput ilmu pengetahuan dan menyala lebih terang untuk planet ini dan manusianya! Selamat berulang tahun ke 19, Sobat Bumi & Kawan Jalan! National Geographic Indonesia.Likes : 1186

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : 19 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk berproses berliku bertumbuh bijak. Seperti ungkapan Uda @ricky_jalanjalan salah satu fotografer senior @natgeoindonesia bahwasanya menjelang kepala 2 adalah usia yang sedang ranum, sedang gesit-gesitnya. Membentang alam raya panggung pengembaraan dan pembelajaran. Selamat merayakan hidup dan bertumbuh bijak di era baru penjelajahan: Merayakan Pusparagam Kehidupan. Teruslah menjelajah menjemput ilmu pengetahuan dan menyala lebih terang untuk planet ini dan manusianya! Selamat berulang tahun ke 19, Sobat Bumi & Kawan Jalan! National Geographic Indonesia.Likes : 1186

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : 19 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk berproses berliku bertumbuh bijak. Seperti ungkapan Uda @ricky_jalanjalan salah satu fotografer senior @natgeoindonesia bahwasanya menjelang kepala 2 adalah usia yang sedang ranum, sedang gesit-gesitnya. Membentang alam raya panggung pengembaraan dan pembelajaran. Selamat merayakan hidup dan bertumbuh bijak di era baru penjelajahan: Merayakan Pusparagam Kehidupan. Teruslah menjelajah menjemput ilmu pengetahuan dan menyala lebih terang untuk planet ini dan manusianya! Selamat berulang tahun ke 19, Sobat Bumi & Kawan Jalan! National Geographic Indonesia.Likes : 1186

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : 19 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk berproses berliku bertumbuh bijak. Seperti ungkapan Uda @ricky_jalanjalan salah satu fotografer senior @natgeoindonesia bahwasanya menjelang kepala 2 adalah usia yang sedang ranum, sedang gesit-gesitnya. Membentang alam raya panggung pengembaraan dan pembelajaran. Selamat merayakan hidup dan bertumbuh bijak di era baru penjelajahan: Merayakan Pusparagam Kehidupan. Teruslah menjelajah menjemput ilmu pengetahuan dan menyala lebih terang untuk planet ini dan manusianya! Selamat berulang tahun ke 19, Sobat Bumi & Kawan Jalan! National Geographic Indonesia.Likes : 1186

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : 19 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk berproses berliku bertumbuh bijak. Seperti ungkapan Uda @ricky_jalanjalan salah satu fotografer senior @natgeoindonesia bahwasanya menjelang kepala 2 adalah usia yang sedang ranum, sedang gesit-gesitnya. Membentang alam raya panggung pengembaraan dan pembelajaran. Selamat merayakan hidup dan bertumbuh bijak di era baru penjelajahan: Merayakan Pusparagam Kehidupan. Teruslah menjelajah menjemput ilmu pengetahuan dan menyala lebih terang untuk planet ini dan manusianya! Selamat berulang tahun ke 19, Sobat Bumi & Kawan Jalan! National Geographic Indonesia.Likes : 1186

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : 19 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk berproses berliku bertumbuh bijak. Seperti ungkapan Uda @ricky_jalanjalan salah satu fotografer senior @natgeoindonesia bahwasanya menjelang kepala 2 adalah usia yang sedang ranum, sedang gesit-gesitnya. Membentang alam raya panggung pengembaraan dan pembelajaran. Selamat merayakan hidup dan bertumbuh bijak di era baru penjelajahan: Merayakan Pusparagam Kehidupan. Teruslah menjelajah menjemput ilmu pengetahuan dan menyala lebih terang untuk planet ini dan manusianya! Selamat berulang tahun ke 19, Sobat Bumi & Kawan Jalan! National Geographic Indonesia.Likes : 1186

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : 19 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk berproses berliku bertumbuh bijak. Seperti ungkapan Uda @ricky_jalanjalan salah satu fotografer senior @natgeoindonesia bahwasanya menjelang kepala 2 adalah usia yang sedang ranum, sedang gesit-gesitnya. Membentang alam raya panggung pengembaraan dan pembelajaran. Selamat merayakan hidup dan bertumbuh bijak di era baru penjelajahan: Merayakan Pusparagam Kehidupan. Teruslah menjelajah menjemput ilmu pengetahuan dan menyala lebih terang untuk planet ini dan manusianya! Selamat berulang tahun ke 19, Sobat Bumi & Kawan Jalan! National Geographic Indonesia.Likes : 1186

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : 19 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk berproses berliku bertumbuh bijak. Seperti ungkapan Uda @ricky_jalanjalan salah satu fotografer senior @natgeoindonesia bahwasanya menjelang kepala 2 adalah usia yang sedang ranum, sedang gesit-gesitnya. Membentang alam raya panggung pengembaraan dan pembelajaran. Selamat merayakan hidup dan bertumbuh bijak di era baru penjelajahan: Merayakan Pusparagam Kehidupan. Teruslah menjelajah menjemput ilmu pengetahuan dan menyala lebih terang untuk planet ini dan manusianya! Selamat berulang tahun ke 19, Sobat Bumi & Kawan Jalan! National Geographic Indonesia.Likes : 1186

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : 19 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk berproses berliku bertumbuh bijak. Seperti ungkapan Uda @ricky_jalanjalan salah satu fotografer senior @natgeoindonesia bahwasanya menjelang kepala 2 adalah usia yang sedang ranum, sedang gesit-gesitnya. Membentang alam raya panggung pengembaraan dan pembelajaran. Selamat merayakan hidup dan bertumbuh bijak di era baru penjelajahan: Merayakan Pusparagam Kehidupan. Teruslah menjelajah menjemput ilmu pengetahuan dan menyala lebih terang untuk planet ini dan manusianya! Selamat berulang tahun ke 19, Sobat Bumi & Kawan Jalan! National Geographic Indonesia.Likes : 1186

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Terus lakukan aksi kecil yang berdampak baik untuk lingkungan sekitar dan bumi. Small Habits, Big Changes! Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia! Bumi atau Plastik? #sayapilihbumi #nationalgeographicindonesia #worldwnvironmentdayLikes : 1154

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Terus lakukan aksi kecil yang berdampak baik untuk lingkungan sekitar dan bumi. Small Habits, Big Changes! Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia! Bumi atau Plastik? #sayapilihbumi #nationalgeographicindonesia #worldwnvironmentdayLikes : 1154

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Terus lakukan aksi kecil yang berdampak baik untuk lingkungan sekitar dan bumi. Small Habits, Big Changes! Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia! Bumi atau Plastik? #sayapilihbumi #nationalgeographicindonesia #worldwnvironmentdayLikes : 1154

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Terus lakukan aksi kecil yang berdampak baik untuk lingkungan sekitar dan bumi. Small Habits, Big Changes! Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia! Bumi atau Plastik? #sayapilihbumi #nationalgeographicindonesia #worldwnvironmentdayLikes : 1154

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Terus lakukan aksi kecil yang berdampak baik untuk lingkungan sekitar dan bumi. Small Habits, Big Changes! Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia! Bumi atau Plastik? #sayapilihbumi #nationalgeographicindonesia #worldwnvironmentdayLikes : 1154

1.2K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : Terus lakukan aksi kecil yang berdampak baik untuk lingkungan sekitar dan bumi. Small Habits, Big Changes! Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia! Bumi atau Plastik? #sayapilihbumi #nationalgeographicindonesia #worldwnvironmentdayLikes : 1154

1.1K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dapat dipastikan bahwa memilih menu berbuka jauh lebih susah dibanding memilih menu sahur. Oleh sebab perut tak dimanja selama berjam-jam, maka sekalinya berbuka, rasanya ingin melahap semuanya. Pembalasan. Namun, selain impak kekenyangan yang tidak sehat, gunungan sampah plastik pun berpotensi tak bisa dihindari. Dampak buasnya pembalasan. Dibutuhkan kecermatan memilih dan memilah menu serta keperluan selama bulan Ramadan, kawan. Alangkah lebih bijak bila membawa wadah & alat makan sendiri ketika membeli ta’jil. Namun setidaknya cukup dengan mampu menahan nafsu lapar mata menjelang berbuka, kita dapat meminimalisir potensi timbunan sampah plastik sekali pakai yang berasal dari pembungkus aneka ta’jil. Tak perlu semua dibeli dan dilahap sekaligus sebagai wujud pembalasan. Bukankah masih ada 4 minggu lagi untuk mencoba varian ta’jil lainnya? *** Foto diatas dapat menjadi sebuah inspirasi. Menampilkan bubur tradisional khas Bali yang berbahan dasar olahan hasil bumi dan disajikan pula secara alami. Tentu bisa diolah kembali, sehingga tak menghasilkan sampah. Sobat Bumi, dalam ajaran manapun, kiranya apapun makanan didepan kita, wajib disyukuri dan dihabiskan. Menikmati dengan sederhana & secukupnya. Lantas bersyukur sebesar-besarnya. “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah. Tetapi jangan berlebih-lebihan. Sungguh Allah tak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31) *** Semoga kita diberkahi kenikmatan dan kekhusyukan dalam beribadah puasa, dan Inshallah dapat mewujudkan Ramadan yang lebih sehat dan tetap ramah lingkungan. #sayapilihbumi #nationalgeographicindonesia #sayapejalanbijakLikes : 1084

1.1K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dari pesisir timur Borneo kami kirimkan ucapan selamat hari raya Idul Adha. — Agenda penugasan tim National Geographic Indonesia di kawasan Derawan, Berau, Kalimantan Timur kali ini terasa berbeda. Bertepatan dengan hari raya kurban tahun ini menjadikannya lebih berkesan. Sejak takbir menggema di malam sebelumnya, keintiman dan kekhusyukan nan sederhana terjalin di pulau berpenghuni sekitar 1500 jiwa tersebut. Adzan subuh yang mengalun turut mempertebal nuansa kesyahduan di kala fajar. Bergotong-royong panitia Masjid Jami Al-Ikhlas Derawan mempersiapkan pelaksanan Sholat Ied. Satu persatu jamaah mendekati sumber suara takbir dan bermuara di satu-satunya masjid di pulau seluas 43 hektar ini. Kendati jauh dari ramai sukacita perayaan di kota-kota besar lainnya, kami berbaur bersama kehangatan masyarakat Derawan. Kekhidmatan mungil yang turut menambah bahan bakar semangat kami dalam menuntaskan ekspedisi. Dengan segala kerendahan hati nan sederhana kami sampaikan ucapan selamat hari raya Idul Adha. Semoga keberkahan selalu menyelimuti dimanapun kita berada. Terima kasih Derawan! Perjalanan kami terus berlanjut. #nationalgeographicindonesiaLikes : 1067

1.1K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dari pesisir timur Borneo kami kirimkan ucapan selamat hari raya Idul Adha. — Agenda penugasan tim National Geographic Indonesia di kawasan Derawan, Berau, Kalimantan Timur kali ini terasa berbeda. Bertepatan dengan hari raya kurban tahun ini menjadikannya lebih berkesan. Sejak takbir menggema di malam sebelumnya, keintiman dan kekhusyukan nan sederhana terjalin di pulau berpenghuni sekitar 1500 jiwa tersebut. Adzan subuh yang mengalun turut mempertebal nuansa kesyahduan di kala fajar. Bergotong-royong panitia Masjid Jami Al-Ikhlas Derawan mempersiapkan pelaksanan Sholat Ied. Satu persatu jamaah mendekati sumber suara takbir dan bermuara di satu-satunya masjid di pulau seluas 43 hektar ini. Kendati jauh dari ramai sukacita perayaan di kota-kota besar lainnya, kami berbaur bersama kehangatan masyarakat Derawan. Kekhidmatan mungil yang turut menambah bahan bakar semangat kami dalam menuntaskan ekspedisi. Dengan segala kerendahan hati nan sederhana kami sampaikan ucapan selamat hari raya Idul Adha. Semoga keberkahan selalu menyelimuti dimanapun kita berada. Terima kasih Derawan! Perjalanan kami terus berlanjut. #nationalgeographicindonesiaLikes : 1067

1.1K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dari pesisir timur Borneo kami kirimkan ucapan selamat hari raya Idul Adha. — Agenda penugasan tim National Geographic Indonesia di kawasan Derawan, Berau, Kalimantan Timur kali ini terasa berbeda. Bertepatan dengan hari raya kurban tahun ini menjadikannya lebih berkesan. Sejak takbir menggema di malam sebelumnya, keintiman dan kekhusyukan nan sederhana terjalin di pulau berpenghuni sekitar 1500 jiwa tersebut. Adzan subuh yang mengalun turut mempertebal nuansa kesyahduan di kala fajar. Bergotong-royong panitia Masjid Jami Al-Ikhlas Derawan mempersiapkan pelaksanan Sholat Ied. Satu persatu jamaah mendekati sumber suara takbir dan bermuara di satu-satunya masjid di pulau seluas 43 hektar ini. Kendati jauh dari ramai sukacita perayaan di kota-kota besar lainnya, kami berbaur bersama kehangatan masyarakat Derawan. Kekhidmatan mungil yang turut menambah bahan bakar semangat kami dalam menuntaskan ekspedisi. Dengan segala kerendahan hati nan sederhana kami sampaikan ucapan selamat hari raya Idul Adha. Semoga keberkahan selalu menyelimuti dimanapun kita berada. Terima kasih Derawan! Perjalanan kami terus berlanjut. #nationalgeographicindonesiaLikes : 1067

1.1K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dari pesisir timur Borneo kami kirimkan ucapan selamat hari raya Idul Adha. — Agenda penugasan tim National Geographic Indonesia di kawasan Derawan, Berau, Kalimantan Timur kali ini terasa berbeda. Bertepatan dengan hari raya kurban tahun ini menjadikannya lebih berkesan. Sejak takbir menggema di malam sebelumnya, keintiman dan kekhusyukan nan sederhana terjalin di pulau berpenghuni sekitar 1500 jiwa tersebut. Adzan subuh yang mengalun turut mempertebal nuansa kesyahduan di kala fajar. Bergotong-royong panitia Masjid Jami Al-Ikhlas Derawan mempersiapkan pelaksanan Sholat Ied. Satu persatu jamaah mendekati sumber suara takbir dan bermuara di satu-satunya masjid di pulau seluas 43 hektar ini. Kendati jauh dari ramai sukacita perayaan di kota-kota besar lainnya, kami berbaur bersama kehangatan masyarakat Derawan. Kekhidmatan mungil yang turut menambah bahan bakar semangat kami dalam menuntaskan ekspedisi. Dengan segala kerendahan hati nan sederhana kami sampaikan ucapan selamat hari raya Idul Adha. Semoga keberkahan selalu menyelimuti dimanapun kita berada. Terima kasih Derawan! Perjalanan kami terus berlanjut. #nationalgeographicindonesiaLikes : 1067

1.1K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dari pesisir timur Borneo kami kirimkan ucapan selamat hari raya Idul Adha. — Agenda penugasan tim National Geographic Indonesia di kawasan Derawan, Berau, Kalimantan Timur kali ini terasa berbeda. Bertepatan dengan hari raya kurban tahun ini menjadikannya lebih berkesan. Sejak takbir menggema di malam sebelumnya, keintiman dan kekhusyukan nan sederhana terjalin di pulau berpenghuni sekitar 1500 jiwa tersebut. Adzan subuh yang mengalun turut mempertebal nuansa kesyahduan di kala fajar. Bergotong-royong panitia Masjid Jami Al-Ikhlas Derawan mempersiapkan pelaksanan Sholat Ied. Satu persatu jamaah mendekati sumber suara takbir dan bermuara di satu-satunya masjid di pulau seluas 43 hektar ini. Kendati jauh dari ramai sukacita perayaan di kota-kota besar lainnya, kami berbaur bersama kehangatan masyarakat Derawan. Kekhidmatan mungil yang turut menambah bahan bakar semangat kami dalam menuntaskan ekspedisi. Dengan segala kerendahan hati nan sederhana kami sampaikan ucapan selamat hari raya Idul Adha. Semoga keberkahan selalu menyelimuti dimanapun kita berada. Terima kasih Derawan! Perjalanan kami terus berlanjut. #nationalgeographicindonesiaLikes : 1067

1.1K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dari pesisir timur Borneo kami kirimkan ucapan selamat hari raya Idul Adha. — Agenda penugasan tim National Geographic Indonesia di kawasan Derawan, Berau, Kalimantan Timur kali ini terasa berbeda. Bertepatan dengan hari raya kurban tahun ini menjadikannya lebih berkesan. Sejak takbir menggema di malam sebelumnya, keintiman dan kekhusyukan nan sederhana terjalin di pulau berpenghuni sekitar 1500 jiwa tersebut. Adzan subuh yang mengalun turut mempertebal nuansa kesyahduan di kala fajar. Bergotong-royong panitia Masjid Jami Al-Ikhlas Derawan mempersiapkan pelaksanan Sholat Ied. Satu persatu jamaah mendekati sumber suara takbir dan bermuara di satu-satunya masjid di pulau seluas 43 hektar ini. Kendati jauh dari ramai sukacita perayaan di kota-kota besar lainnya, kami berbaur bersama kehangatan masyarakat Derawan. Kekhidmatan mungil yang turut menambah bahan bakar semangat kami dalam menuntaskan ekspedisi. Dengan segala kerendahan hati nan sederhana kami sampaikan ucapan selamat hari raya Idul Adha. Semoga keberkahan selalu menyelimuti dimanapun kita berada. Terima kasih Derawan! Perjalanan kami terus berlanjut. #nationalgeographicindonesiaLikes : 1067

1.1K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dari pesisir timur Borneo kami kirimkan ucapan selamat hari raya Idul Adha. — Agenda penugasan tim National Geographic Indonesia di kawasan Derawan, Berau, Kalimantan Timur kali ini terasa berbeda. Bertepatan dengan hari raya kurban tahun ini menjadikannya lebih berkesan. Sejak takbir menggema di malam sebelumnya, keintiman dan kekhusyukan nan sederhana terjalin di pulau berpenghuni sekitar 1500 jiwa tersebut. Adzan subuh yang mengalun turut mempertebal nuansa kesyahduan di kala fajar. Bergotong-royong panitia Masjid Jami Al-Ikhlas Derawan mempersiapkan pelaksanan Sholat Ied. Satu persatu jamaah mendekati sumber suara takbir dan bermuara di satu-satunya masjid di pulau seluas 43 hektar ini. Kendati jauh dari ramai sukacita perayaan di kota-kota besar lainnya, kami berbaur bersama kehangatan masyarakat Derawan. Kekhidmatan mungil yang turut menambah bahan bakar semangat kami dalam menuntaskan ekspedisi. Dengan segala kerendahan hati nan sederhana kami sampaikan ucapan selamat hari raya Idul Adha. Semoga keberkahan selalu menyelimuti dimanapun kita berada. Terima kasih Derawan! Perjalanan kami terus berlanjut. #nationalgeographicindonesiaLikes : 1067

1.1K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dari pesisir timur Borneo kami kirimkan ucapan selamat hari raya Idul Adha. — Agenda penugasan tim National Geographic Indonesia di kawasan Derawan, Berau, Kalimantan Timur kali ini terasa berbeda. Bertepatan dengan hari raya kurban tahun ini menjadikannya lebih berkesan. Sejak takbir menggema di malam sebelumnya, keintiman dan kekhusyukan nan sederhana terjalin di pulau berpenghuni sekitar 1500 jiwa tersebut. Adzan subuh yang mengalun turut mempertebal nuansa kesyahduan di kala fajar. Bergotong-royong panitia Masjid Jami Al-Ikhlas Derawan mempersiapkan pelaksanan Sholat Ied. Satu persatu jamaah mendekati sumber suara takbir dan bermuara di satu-satunya masjid di pulau seluas 43 hektar ini. Kendati jauh dari ramai sukacita perayaan di kota-kota besar lainnya, kami berbaur bersama kehangatan masyarakat Derawan. Kekhidmatan mungil yang turut menambah bahan bakar semangat kami dalam menuntaskan ekspedisi. Dengan segala kerendahan hati nan sederhana kami sampaikan ucapan selamat hari raya Idul Adha. Semoga keberkahan selalu menyelimuti dimanapun kita berada. Terima kasih Derawan! Perjalanan kami terus berlanjut. #nationalgeographicindonesiaLikes : 1067

1.1K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dari pesisir timur Borneo kami kirimkan ucapan selamat hari raya Idul Adha. — Agenda penugasan tim National Geographic Indonesia di kawasan Derawan, Berau, Kalimantan Timur kali ini terasa berbeda. Bertepatan dengan hari raya kurban tahun ini menjadikannya lebih berkesan. Sejak takbir menggema di malam sebelumnya, keintiman dan kekhusyukan nan sederhana terjalin di pulau berpenghuni sekitar 1500 jiwa tersebut. Adzan subuh yang mengalun turut mempertebal nuansa kesyahduan di kala fajar. Bergotong-royong panitia Masjid Jami Al-Ikhlas Derawan mempersiapkan pelaksanan Sholat Ied. Satu persatu jamaah mendekati sumber suara takbir dan bermuara di satu-satunya masjid di pulau seluas 43 hektar ini. Kendati jauh dari ramai sukacita perayaan di kota-kota besar lainnya, kami berbaur bersama kehangatan masyarakat Derawan. Kekhidmatan mungil yang turut menambah bahan bakar semangat kami dalam menuntaskan ekspedisi. Dengan segala kerendahan hati nan sederhana kami sampaikan ucapan selamat hari raya Idul Adha. Semoga keberkahan selalu menyelimuti dimanapun kita berada. Terima kasih Derawan! Perjalanan kami terus berlanjut. #nationalgeographicindonesiaLikes : 1067

1K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Super Trouper. — Tahun yang baru, petualangan yang baru. Orang yang sama, api yang lebih menyalak galak! Teriring energi dan mantra yang tak pernah berubah: Berbahagia secukupnya, bersyukur sebesarnya. 2024, mari bermain & berdansa! BismillahLikes : 1030

1K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Saya Pilih Bumi: — Jelas tak perlu berpikir dua kali ketika sobat dan mentor saya Abah @didikasim memanggil untuk terlibat lebih jauh tahun ini bersama si kotak kuning @natgeoindonesia dan kampanye @sayapilihbumi nya. Gagasan dan rencana dioplos secara militansi. Pemetaan ide yang diinisiasi sobat kami, Alm. @dickyloebis bukanlah sembarang cetak biru. Sebuah inspirasi energi yang menjelma suntikan bahan bakar untuk kami dalam meneruskan perjuangannya. Sebab pekerjaan rumah untuk lebih memberi peluang untuk planet ini masihlah panjang. Bukan hal mudah tentunya! Tak segampang melinting bakau seperti Jeng Yah. Belum lagi dorongan dari banyak kawan untuk mengusung si Abah dan saya sebagai capres dan cawapres mewakili syarikat kawan-kawan komunitas untuk lebih mengadvokasi dan menyuarakan upaya-upaya yang berpihak pada lingkungan. Tapi kami tahu diri dan sepakat bahwa belum saatnya kami naik ke podium. Meski kharismatik tapi kami eling belum cukup cakap dan belum berprofil tinggi. Sebab kami cenderung berkiblat pada mazhab kelana, alias berhalan-halan dengan terus mendukung upaya kawan-kawan di akar rumput. Ketimbang diatas mimbar kami lebih nyaman bergumul berdiskusi membangun ide dan berkelakar di warung kopi. Sesuai kaidahnya, kami menjelajah, menelusuri dan menjemput pengetetahuan untuk kemudian mewartakannya dengan tetap menggenggam mantra : Saya Baplang (bapack-bapack petualang) dan… SAYA PILIH BUMI! ♻️ — #nationalgeographicindonesia #sayapilihbumi #sayapejalanbijak — Tak lupa, di usia yang baru semoga kau makin menyala, Bah! Agar terus dapat menginspirasi banyak orang dan sehat terus dalam meneruskan kampanye ini. Aamiin. Tentu kerja keras ini ‘kan kita dedikasikan untuk Alm.Dicky.Likes : 997

1K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Tony Stark & Logan ?? — Adapula yang menyebut Presiden & Wapres Baplang (Asosiasi Bapack-Bapack Petualang). Beberapa delegasi dari negara lain memanggil kami Batman & Robin. Ragam julukan, dari Danny Ocean & Rusty Ryan hingga Upin-Ipin cabang Palmerah. Apa saja boleh.. Namun kami lebih nyaman disapa Abah & Abang. Terasa lebih hangat dan dekat tatkala berdiskusi mengoplos gagasan di warung kopi bersama kawan-kawan komunitas di akar rumput. Sebab untuk mengatasi tantangan persoalan lingkungan, kita semua cukup duduk bareng, berinisiasi dan bergerak sat set yang konsisten beriringan untuk terus memberi dampak baik nan berkelanjutan bagi planet ini tanpa harus memakai jubah dan sayap layaknya pahlawan super. Dipanggil apa saja boleh.. Asal jangan menyebut kami Andra & Dhani! Karena kelas mereka sudah level dewa. #nationalgeographicindonesia #sayapilihbumi #worldwaterforum10Likes : 962

0.9K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Perseverance (iii) — Tanpa terasa bulan Ramadan sudah menembus separuh etape. Menandakan fisik dan mental sudah lebih nyetel dan lebih ajeg merobohkan ego dan nafsu di setiap hari nya. Memunculkan barisan renungan sejauh ini. Apakah signal kita dengan Sang Maha Baik menguat dan menebal? Dua pekan pertama ini meraih kekhusyukan kah? Masih ada separuh etape perjalanan lagi untuk menebusnya agar dapat finish dengan prima. Kudu terus prima meski varian es menawan mencoba merayu di siang bolong.Likes : 941

0.9K Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Perseverance (iii) — Tanpa terasa bulan Ramadan sudah menembus separuh etape. Menandakan fisik dan mental sudah lebih nyetel dan lebih ajeg merobohkan ego dan nafsu di setiap hari nya. Memunculkan barisan renungan sejauh ini. Apakah signal kita dengan Sang Maha Baik menguat dan menebal? Dua pekan pertama ini meraih kekhusyukan kah? Masih ada separuh etape perjalanan lagi untuk menebusnya agar dapat finish dengan prima. Kudu terus prima meski varian es menawan mencoba merayu di siang bolong.Likes : 941

896 Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dari sampah plastik menjadi paving blok. — Menumpuknya persoalan sampah di sekitar tempat tinggalnya memicu upaya Bu Emil Gadhara bersama sekelompok ibu-ibu di Desa Pedalaman, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, menginisiasi membangun Bank Sampah Kampung Lestari. Sampah plastik disekitar kawasan dikumpulkan untuk diolah kembali. Tak sedikit paving blok bermaterial sampah plastik yang terlahir dari tangan dingin mereka di bawah teriknya matahari. Termasuk barisan sabun serba guna yang dihasilkan dari minyak jelantah yang diolah kembali. Semua proses pengolahan dilakukan secara mandiri dengan peralatan yang sederhana. “Sampah rumah tangga disini banyak, Kenapa tidak diolah kembali? Paving blok cukup laku untuk dijual kembali.” Jelas Bu Emil ketika saya jumpai tiga hari lalu (09/06/24). Limbah rumah tangga adalah awal mula perjalanan persoalan sampah. Banyak hal kecil yang tanpa kita sadari limbahnya mampu menggulirkan persoalan lebih besar. Dari daratan ke sungai, berakhir di lautan. Minyak jelantah salah satunya. “Daripada tak terpakai lagi dan dibuang, lebih baik kami bawa, kami jadikan sabun. Lumayan mas kami jadi lebih irit tak perlu belanja untuk sabun cuci piring.” Pungkas Bu Emil yang bersama 8 orang anggotanya mendirikan Bank Sampah Kampung Lestari pada 2016. Bagi masyarakat Kalimantan, sungai adalah anugerah yang dimuliakan, sebagai penjaga ekosistem. Termasuk masyarakat Tayan Hilir yang hidup berdampingan dengan Sungai Kapuas. Tentu aksi kecil yang dipraktikkan sekelompok ibu-ibu ini memperkuat resonansi suara seorang ibu di tiap rumah yang dapat hadir menjadi alternatif solusi untuk mengatasi tantangan persoalan sampah. Khususnya di Tayan Hilir. Sehingga Sungai Kapuas menjadi lebih lestari dan terus menjaga peradaban dan kebudayaan. #sayapilihbumiLikes : 896

896 Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dari sampah plastik menjadi paving blok. — Menumpuknya persoalan sampah di sekitar tempat tinggalnya memicu upaya Bu Emil Gadhara bersama sekelompok ibu-ibu di Desa Pedalaman, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, menginisiasi membangun Bank Sampah Kampung Lestari. Sampah plastik disekitar kawasan dikumpulkan untuk diolah kembali. Tak sedikit paving blok bermaterial sampah plastik yang terlahir dari tangan dingin mereka di bawah teriknya matahari. Termasuk barisan sabun serba guna yang dihasilkan dari minyak jelantah yang diolah kembali. Semua proses pengolahan dilakukan secara mandiri dengan peralatan yang sederhana. “Sampah rumah tangga disini banyak, Kenapa tidak diolah kembali? Paving blok cukup laku untuk dijual kembali.” Jelas Bu Emil ketika saya jumpai tiga hari lalu (09/06/24). Limbah rumah tangga adalah awal mula perjalanan persoalan sampah. Banyak hal kecil yang tanpa kita sadari limbahnya mampu menggulirkan persoalan lebih besar. Dari daratan ke sungai, berakhir di lautan. Minyak jelantah salah satunya. “Daripada tak terpakai lagi dan dibuang, lebih baik kami bawa, kami jadikan sabun. Lumayan mas kami jadi lebih irit tak perlu belanja untuk sabun cuci piring.” Pungkas Bu Emil yang bersama 8 orang anggotanya mendirikan Bank Sampah Kampung Lestari pada 2016. Bagi masyarakat Kalimantan, sungai adalah anugerah yang dimuliakan, sebagai penjaga ekosistem. Termasuk masyarakat Tayan Hilir yang hidup berdampingan dengan Sungai Kapuas. Tentu aksi kecil yang dipraktikkan sekelompok ibu-ibu ini memperkuat resonansi suara seorang ibu di tiap rumah yang dapat hadir menjadi alternatif solusi untuk mengatasi tantangan persoalan sampah. Khususnya di Tayan Hilir. Sehingga Sungai Kapuas menjadi lebih lestari dan terus menjaga peradaban dan kebudayaan. #sayapilihbumiLikes : 896

896 Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dari sampah plastik menjadi paving blok. — Menumpuknya persoalan sampah di sekitar tempat tinggalnya memicu upaya Bu Emil Gadhara bersama sekelompok ibu-ibu di Desa Pedalaman, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, menginisiasi membangun Bank Sampah Kampung Lestari. Sampah plastik disekitar kawasan dikumpulkan untuk diolah kembali. Tak sedikit paving blok bermaterial sampah plastik yang terlahir dari tangan dingin mereka di bawah teriknya matahari. Termasuk barisan sabun serba guna yang dihasilkan dari minyak jelantah yang diolah kembali. Semua proses pengolahan dilakukan secara mandiri dengan peralatan yang sederhana. “Sampah rumah tangga disini banyak, Kenapa tidak diolah kembali? Paving blok cukup laku untuk dijual kembali.” Jelas Bu Emil ketika saya jumpai tiga hari lalu (09/06/24). Limbah rumah tangga adalah awal mula perjalanan persoalan sampah. Banyak hal kecil yang tanpa kita sadari limbahnya mampu menggulirkan persoalan lebih besar. Dari daratan ke sungai, berakhir di lautan. Minyak jelantah salah satunya. “Daripada tak terpakai lagi dan dibuang, lebih baik kami bawa, kami jadikan sabun. Lumayan mas kami jadi lebih irit tak perlu belanja untuk sabun cuci piring.” Pungkas Bu Emil yang bersama 8 orang anggotanya mendirikan Bank Sampah Kampung Lestari pada 2016. Bagi masyarakat Kalimantan, sungai adalah anugerah yang dimuliakan, sebagai penjaga ekosistem. Termasuk masyarakat Tayan Hilir yang hidup berdampingan dengan Sungai Kapuas. Tentu aksi kecil yang dipraktikkan sekelompok ibu-ibu ini memperkuat resonansi suara seorang ibu di tiap rumah yang dapat hadir menjadi alternatif solusi untuk mengatasi tantangan persoalan sampah. Khususnya di Tayan Hilir. Sehingga Sungai Kapuas menjadi lebih lestari dan terus menjaga peradaban dan kebudayaan. #sayapilihbumiLikes : 896

896 Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dari sampah plastik menjadi paving blok. — Menumpuknya persoalan sampah di sekitar tempat tinggalnya memicu upaya Bu Emil Gadhara bersama sekelompok ibu-ibu di Desa Pedalaman, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, menginisiasi membangun Bank Sampah Kampung Lestari. Sampah plastik disekitar kawasan dikumpulkan untuk diolah kembali. Tak sedikit paving blok bermaterial sampah plastik yang terlahir dari tangan dingin mereka di bawah teriknya matahari. Termasuk barisan sabun serba guna yang dihasilkan dari minyak jelantah yang diolah kembali. Semua proses pengolahan dilakukan secara mandiri dengan peralatan yang sederhana. “Sampah rumah tangga disini banyak, Kenapa tidak diolah kembali? Paving blok cukup laku untuk dijual kembali.” Jelas Bu Emil ketika saya jumpai tiga hari lalu (09/06/24). Limbah rumah tangga adalah awal mula perjalanan persoalan sampah. Banyak hal kecil yang tanpa kita sadari limbahnya mampu menggulirkan persoalan lebih besar. Dari daratan ke sungai, berakhir di lautan. Minyak jelantah salah satunya. “Daripada tak terpakai lagi dan dibuang, lebih baik kami bawa, kami jadikan sabun. Lumayan mas kami jadi lebih irit tak perlu belanja untuk sabun cuci piring.” Pungkas Bu Emil yang bersama 8 orang anggotanya mendirikan Bank Sampah Kampung Lestari pada 2016. Bagi masyarakat Kalimantan, sungai adalah anugerah yang dimuliakan, sebagai penjaga ekosistem. Termasuk masyarakat Tayan Hilir yang hidup berdampingan dengan Sungai Kapuas. Tentu aksi kecil yang dipraktikkan sekelompok ibu-ibu ini memperkuat resonansi suara seorang ibu di tiap rumah yang dapat hadir menjadi alternatif solusi untuk mengatasi tantangan persoalan sampah. Khususnya di Tayan Hilir. Sehingga Sungai Kapuas menjadi lebih lestari dan terus menjaga peradaban dan kebudayaan. #sayapilihbumiLikes : 896

896 Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dari sampah plastik menjadi paving blok. — Menumpuknya persoalan sampah di sekitar tempat tinggalnya memicu upaya Bu Emil Gadhara bersama sekelompok ibu-ibu di Desa Pedalaman, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, menginisiasi membangun Bank Sampah Kampung Lestari. Sampah plastik disekitar kawasan dikumpulkan untuk diolah kembali. Tak sedikit paving blok bermaterial sampah plastik yang terlahir dari tangan dingin mereka di bawah teriknya matahari. Termasuk barisan sabun serba guna yang dihasilkan dari minyak jelantah yang diolah kembali. Semua proses pengolahan dilakukan secara mandiri dengan peralatan yang sederhana. “Sampah rumah tangga disini banyak, Kenapa tidak diolah kembali? Paving blok cukup laku untuk dijual kembali.” Jelas Bu Emil ketika saya jumpai tiga hari lalu (09/06/24). Limbah rumah tangga adalah awal mula perjalanan persoalan sampah. Banyak hal kecil yang tanpa kita sadari limbahnya mampu menggulirkan persoalan lebih besar. Dari daratan ke sungai, berakhir di lautan. Minyak jelantah salah satunya. “Daripada tak terpakai lagi dan dibuang, lebih baik kami bawa, kami jadikan sabun. Lumayan mas kami jadi lebih irit tak perlu belanja untuk sabun cuci piring.” Pungkas Bu Emil yang bersama 8 orang anggotanya mendirikan Bank Sampah Kampung Lestari pada 2016. Bagi masyarakat Kalimantan, sungai adalah anugerah yang dimuliakan, sebagai penjaga ekosistem. Termasuk masyarakat Tayan Hilir yang hidup berdampingan dengan Sungai Kapuas. Tentu aksi kecil yang dipraktikkan sekelompok ibu-ibu ini memperkuat resonansi suara seorang ibu di tiap rumah yang dapat hadir menjadi alternatif solusi untuk mengatasi tantangan persoalan sampah. Khususnya di Tayan Hilir. Sehingga Sungai Kapuas menjadi lebih lestari dan terus menjaga peradaban dan kebudayaan. #sayapilihbumiLikes : 896

896 Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dari sampah plastik menjadi paving blok. — Menumpuknya persoalan sampah di sekitar tempat tinggalnya memicu upaya Bu Emil Gadhara bersama sekelompok ibu-ibu di Desa Pedalaman, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, menginisiasi membangun Bank Sampah Kampung Lestari. Sampah plastik disekitar kawasan dikumpulkan untuk diolah kembali. Tak sedikit paving blok bermaterial sampah plastik yang terlahir dari tangan dingin mereka di bawah teriknya matahari. Termasuk barisan sabun serba guna yang dihasilkan dari minyak jelantah yang diolah kembali. Semua proses pengolahan dilakukan secara mandiri dengan peralatan yang sederhana. “Sampah rumah tangga disini banyak, Kenapa tidak diolah kembali? Paving blok cukup laku untuk dijual kembali.” Jelas Bu Emil ketika saya jumpai tiga hari lalu (09/06/24). Limbah rumah tangga adalah awal mula perjalanan persoalan sampah. Banyak hal kecil yang tanpa kita sadari limbahnya mampu menggulirkan persoalan lebih besar. Dari daratan ke sungai, berakhir di lautan. Minyak jelantah salah satunya. “Daripada tak terpakai lagi dan dibuang, lebih baik kami bawa, kami jadikan sabun. Lumayan mas kami jadi lebih irit tak perlu belanja untuk sabun cuci piring.” Pungkas Bu Emil yang bersama 8 orang anggotanya mendirikan Bank Sampah Kampung Lestari pada 2016. Bagi masyarakat Kalimantan, sungai adalah anugerah yang dimuliakan, sebagai penjaga ekosistem. Termasuk masyarakat Tayan Hilir yang hidup berdampingan dengan Sungai Kapuas. Tentu aksi kecil yang dipraktikkan sekelompok ibu-ibu ini memperkuat resonansi suara seorang ibu di tiap rumah yang dapat hadir menjadi alternatif solusi untuk mengatasi tantangan persoalan sampah. Khususnya di Tayan Hilir. Sehingga Sungai Kapuas menjadi lebih lestari dan terus menjaga peradaban dan kebudayaan. #sayapilihbumiLikes : 896

870 Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dark Matter. — Finally! Album ke 12 kwintet Seattle ini tiba di rumah. Tentu deg-degan mendengarkannya pertama kali. Beres memoles album solo Eddie Vedder, Earthling, 2022, lalu Iggy Pop, Dua Lipa dan terakhir Rolling Stone, Andrew Watt kini dipercaya sebagai produser. Konon katanya Pearl Jam mempengaruhi naluri bermusik Andrew remaja. Hasilnya? Seakan nomor bersambung, baru saja dihajar track pembuka “Scared Of Fear”, langsung “React, Respond” menyambar dengan tematik senafas. Non-stop diseret laju drum Matt Cameron. Dejavu dengan Badmotorfinger? Dua nomor diatas pantas disebut manifesto album. Beberapa track lain seperti “Dark Matter”, “Running”, “Upper Hand” turut andil mengembalikan Pearl Jam ke trahnya. Ed yang (tetap) tegas, disembur sayatan gitar Mike McCready (plus Stone Gossard). Ohya betotan bass Jeff Ament disini rasanya seperti sedang cosplay Batman vs Joker bareng Matt. Saling memburu dengan berkelas. Berbeda dengan album pendahulunya, Gigaton, 2020, yang didominasi keterhubungan dengan kondisi bumi sehingga layak disebut album soundtrack krisis iklim global, Dark Matter kembali menyuguhan keterhubungan antar manusia. Diksi kromo-english pun tetap menyempil di beberapa lagu. Nomor-nomor seperti “Got to Give” & “Won’t Tell” terasa dekat dengan materi-materi Earthling. Manis. Bahkan aura Tom Petty hadir lagi pada “Wreckage”. Lalu “Something Special” cocok menjadi musik latar bar-fight ala Americana. Disamping “React, Respond”, “Waiting for Stevie” muncul menjadi jagoan saya. Kompleksitas perasaan dari ketidaksempurnaan, serta harapan akan ketulusan, menambah mahalnya vibes lagu. The game changer! Simak sampai akhir lagu. Dari wawancara dengan Howard Stern, terungkap, siapa sosok Stevie? Untung saja terkoneksi ke Stevie Wonder. Bukan Stevie G. “Setting Sun” menjadi penutup yang sentimental dari seorang Eddie. Mengangkat keberanian untuk menyudahi, yang disuguhkan secara apik. Tanpa mengesampingkan peran yang lain, bagi saya Mike & Matt pantas naik podium bareng kali ini. Duet metronom yang beratraksi dominan nan ajeg. Entah ajian apa yang dirapal oleh Andrew saat menata & memproduseri album ini. Segar, matang dan berkelas!Likes : 870

870 Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dark Matter. — Finally! Album ke 12 kwintet Seattle ini tiba di rumah. Tentu deg-degan mendengarkannya pertama kali. Beres memoles album solo Eddie Vedder, Earthling, 2022, lalu Iggy Pop, Dua Lipa dan terakhir Rolling Stone, Andrew Watt kini dipercaya sebagai produser. Konon katanya Pearl Jam mempengaruhi naluri bermusik Andrew remaja. Hasilnya? Seakan nomor bersambung, baru saja dihajar track pembuka “Scared Of Fear”, langsung “React, Respond” menyambar dengan tematik senafas. Non-stop diseret laju drum Matt Cameron. Dejavu dengan Badmotorfinger? Dua nomor diatas pantas disebut manifesto album. Beberapa track lain seperti “Dark Matter”, “Running”, “Upper Hand” turut andil mengembalikan Pearl Jam ke trahnya. Ed yang (tetap) tegas, disembur sayatan gitar Mike McCready (plus Stone Gossard). Ohya betotan bass Jeff Ament disini rasanya seperti sedang cosplay Batman vs Joker bareng Matt. Saling memburu dengan berkelas. Berbeda dengan album pendahulunya, Gigaton, 2020, yang didominasi keterhubungan dengan kondisi bumi sehingga layak disebut album soundtrack krisis iklim global, Dark Matter kembali menyuguhan keterhubungan antar manusia. Diksi kromo-english pun tetap menyempil di beberapa lagu. Nomor-nomor seperti “Got to Give” & “Won’t Tell” terasa dekat dengan materi-materi Earthling. Manis. Bahkan aura Tom Petty hadir lagi pada “Wreckage”. Lalu “Something Special” cocok menjadi musik latar bar-fight ala Americana. Disamping “React, Respond”, “Waiting for Stevie” muncul menjadi jagoan saya. Kompleksitas perasaan dari ketidaksempurnaan, serta harapan akan ketulusan, menambah mahalnya vibes lagu. The game changer! Simak sampai akhir lagu. Dari wawancara dengan Howard Stern, terungkap, siapa sosok Stevie? Untung saja terkoneksi ke Stevie Wonder. Bukan Stevie G. “Setting Sun” menjadi penutup yang sentimental dari seorang Eddie. Mengangkat keberanian untuk menyudahi, yang disuguhkan secara apik. Tanpa mengesampingkan peran yang lain, bagi saya Mike & Matt pantas naik podium bareng kali ini. Duet metronom yang beratraksi dominan nan ajeg. Entah ajian apa yang dirapal oleh Andrew saat menata & memproduseri album ini. Segar, matang dan berkelas!Likes : 870

870 Likes – Ramon Y. Tungka Instagram
Caption : : Dark Matter. — Finally! Album ke 12 kwintet Seattle ini tiba di rumah. Tentu deg-degan mendengarkannya pertama kali. Beres memoles album solo Eddie Vedder, Earthling, 2022, lalu Iggy Pop, Dua Lipa dan terakhir Rolling Stone, Andrew Watt kini dipercaya sebagai produser. Konon katanya Pearl Jam mempengaruhi naluri bermusik Andrew remaja. Hasilnya? Seakan nomor bersambung, baru saja dihajar track pembuka “Scared Of Fear”, langsung “React, Respond” menyambar dengan tematik senafas. Non-stop diseret laju drum Matt Cameron. Dejavu dengan Badmotorfinger? Dua nomor diatas pantas disebut manifesto album. Beberapa track lain seperti “Dark Matter”, “Running”, “Upper Hand” turut andil mengembalikan Pearl Jam ke trahnya. Ed yang (tetap) tegas, disembur sayatan gitar Mike McCready (plus Stone Gossard). Ohya betotan bass Jeff Ament disini rasanya seperti sedang cosplay Batman vs Joker bareng Matt. Saling memburu dengan berkelas. Berbeda dengan album pendahulunya, Gigaton, 2020, yang didominasi keterhubungan dengan kondisi bumi sehingga layak disebut album soundtrack krisis iklim global, Dark Matter kembali menyuguhan keterhubungan antar manusia. Diksi kromo-english pun tetap menyempil di beberapa lagu. Nomor-nomor seperti “Got to Give” & “Won’t Tell” terasa dekat dengan materi-materi Earthling. Manis. Bahkan aura Tom Petty hadir lagi pada “Wreckage”. Lalu “Something Special” cocok menjadi musik latar bar-fight ala Americana. Disamping “React, Respond”, “Waiting for Stevie” muncul menjadi jagoan saya. Kompleksitas perasaan dari ketidaksempurnaan, serta harapan akan ketulusan, menambah mahalnya vibes lagu. The game changer! Simak sampai akhir lagu. Dari wawancara dengan Howard Stern, terungkap, siapa sosok Stevie? Untung saja terkoneksi ke Stevie Wonder. Bukan Stevie G. “Setting Sun” menjadi penutup yang sentimental dari seorang Eddie. Mengangkat keberanian untuk menyudahi, yang disuguhkan secara apik. Tanpa mengesampingkan peran yang lain, bagi saya Mike & Matt pantas naik podium bareng kali ini. Duet metronom yang beratraksi dominan nan ajeg. Entah ajian apa yang dirapal oleh Andrew saat menata & memproduseri album ini. Segar, matang dan berkelas!Likes : 870